Detektif Cilik
Oleh Lilla
Yogi Sumbara
Erangan menyeramkan membangunkan asep. Dengan mata
terkantuk-kantuk, ia mencoba mencari sumber suara itu. “Aaaarghh…tidak…pergi
kau…!!” Asep kaget mendengar suara itu. Cepat-cepat ia menyalahkan lampu kamar.
Ternyata erangan yang meyeramkan itu berasal dari tempat tidur Deden. Rupanya
deden sedang bermimpi. Tempat tidur deden terletak di sebelah tempat tidur
Asep. “hey,Den! Kalau mimpi jangan berisik dong. Kakak tidak bias tidur nih!
Besok kakak harus bangun pagi.”
Deden
terbangun. “kak, tdi aku mimpi diculik sekawanan perampok. Aku ketakutan.” “itu
Cuma mimpi, den. Makanya, sebelum tidur, baca doa dulu. Biar mimpimu bagus.
Sudah ah, kakak mau tidur lagi.”
Belum sempat asep memejamkan mata, tiba-tiba ia
dikagetkan kembali dengan suara-suara gaduh dari luar kamarnya. Asep mengintip
keluar jendela kamarnya. Ia melihat sekelebatan bayangan hitam. Namun saat ia
melihat sekali lagi, bayangan itu sudah tidak ada. Ah, mungkin aku salah lihat.
Pikirnya. Asep akhirnya tertidur kembali. Keesokan paginya, saat sarapan, asep
menceritakan sekelebetan bayangan yang mengganggu tidurnya. “ mungkin
hantuuu…,” jawab adiknya.
“sudah, sudah… mungkin itu hanya ranting pohon yang
goyang tertiup angin. Ayo, lekas berangkat ke sekolah.nanti ayah terlambat
masuk kantor,” timpah ayah.
“nanti malam aku akan menyelidikinya,” piker asep.
Sepulang sekolah, asep membeli kue kesukaannya di
warung Bi Minah. Di warung itu, terdengar suara rebut ibu-ibu yang mengobrol.
Ternyata mereka sedang membicarakan rumah Bu Intan yang tadi malam kemalinggan.
Asep teringat, Bu Intan adalah tetangga barunya. Suaminya bernama Pak Radi.
Rumah mereka hanya terhalang lima rumah. Tanpa lama-lama, Asep membayar kuenya
dan pulang ke rumah. Setiba di rumah, Asep berteriak memanggil ibunya.
“Bu, Ibu….! Rumah Bu Intan tadi malam kemalingan, ya?
Mungkin bayangan yang semalam kulihat itu, bayangan perampoknya, Bu.”
“Menurut kabar yang Ibu dengar sih iya, sep. Tidak ada
korban. Hanya beberapa perhiasan dan uang yang dirampok. Ini perampokan yang
ketiga di kompleks kita.”
Setelah selesai makan dan mengerjakan PR, Asep pamit
pada ibunya. Asep berniat menyelidiki perampokan di rumah Bu Intan.
Setiba di rumah Bu Intan, suasana terlihat sepi.
Tiba-tiba, Asep mendengar dua orang sedang bercakap dengan suara pelan. Asep
tidak bias mengintip karena tempat merek agak terhalang tembok.
“ Rencana kita berhasil, Tan. Sekarang, tinggal rumah
Bu Lilla sasaran kita berikutnya. Kita tetap masih harus berpura-pura sedih
kalau kita sudah kemalingan.”
“Siiip… orang-orang di komplek ini mudah saja
dibohongi.”
Hah! Apakah itu
suara Bu Intan dan Pak Radi? KOk, mereka tidak terdengar seperti suami istri?
Seperti berbicara pada teman. Apa maksud mereka dengan “sekarang tinggal
rumah Bu Lilla?” Itu kan nama ibuku, rumahku. Apa jangan-jangan mereka… Jantung
Asep berdebar memikirkan dugaannya.
Malam pun tiba. Setelah semuanya tidur, Asep
mengendap-endap keluar kamarnya dan mengambil senter. Tidak lupa membawa tape recorder untuk merrekam, jika
dugaannya benar.
Setelah tiba di belakang rumah Bu Intan, Asep
berhati-hati agar tidak mengeluarkan bunyi gaduh. Ternyata dugaan Asep benar.
Ada suara beberapa orang sedang berdiskusi. Aseptidak lupa merekam dengan tape recorder-nya. Mereka terdengar akan
merampok rumah Bu Lilla.
Setiba di rumahnya kembali, Asep segera membangunkan
ibu bapaknya. Ia memberikan tape recorder-nya.
Ayah menyalahkannya dan mendengarkan rekaman percakapan orang-orang itu.
“Darimana kamu mendapatkan ini?”
“Maaf, Yah. Tadi Asep keluar rumah diam-diam. Soalnya
kalau asep bilang, pasti tidak diizinkan.
Maaf.”
“ kalau begitu, kita harus cepat-cepat telepon polisi
sebelum mereka dating. Tapi jangan rebut. Kita sergap mereka begitu mesuk.”
Beberapa saat kemudian…
Polisi dating tanpa menarik perhatian tetangga lain
dan tanpa membunyikan sirine. Mereka bersembunyi di balik gorden dan di balik
semak di depan rumah.
Sesaat kemudian,empat perampok bertopeng asuk ke rumah. Ayah menyalahkan lampu. Para perampok
itu kaget. Mereka langsung lari. Namun mereka dihadang oleh polisi yang
sembunyi di balik semak.
Akhirnya merekapun tertangkap basah. Waktu topeng
mereka dibuka, ternyata mereka adalah Pak Radi, Bu Intan, dan kedua teman
mereka. Semuanya tertunduk malu, tidak berkata apa-apa.akhirnya mereka dibawa ke
kantor polisi.
“Terima kasih atas kerjasamanya, Pak. Kalau kami tidak
diberitahu, mungkin perampok amatir ini akan merajalela,” kata Pak Polisi
sambil menjabat tangan Ayah.
“ Sebenarnya, kalau tidak ada detektif cilik ini,
semuanya tidak akan terbongkar,” kata Ayah sambil melirik ke Arah Asep. “Tapi
lain kali, kalau mau keluar malam, bilang dulu ya.”
Mereka semua pun tertawa.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar