Pages

Minggu, 23 November 2014

Analisis Cerpen "Sungai" Karya Sapardi Djoko Damono



                  Cerpen Sungai karya Sapardi Djoko Damono ini bercerita tentang seorang tokoh utama berpangkat sersan yang bernama Kasim sedang menyeberangi sebuah sungai besar bernama Serayu di provinsi Jawa Tengah bersama dengan rombongannya.
                Alur dalam cerpen “Sungai” yang memiliki 31 paragraf  ini menggunakan alur maju, karena diceritakan secara kronologis dan runtut. Hal ini terlihat dari tahapan – tahapan yang membentuk rangkaian cerita. Tahapan – tahapan dalam cerpen “Sungai” tersebut diawali dalam tahapan eksposisi, yakni uraian atau paparan dari penulis untuk membuka suatu cerita.
Uraian pembuka dalam cerpen “Sungai” tergambar pada paragraf ke 1,2,3 dan 4 yakni ketika Sersan Kasim ingin menyeberangi sungai Serayu bersama rombongannya. Lalu memasuki tahapan konflik dan komplikasi yang tergambar pada paragraf  5 sampai paragraf 19 yakni ketika Sersan Kasim teringat kembali almarhum istrinya yang telah meninggal dunia dan sekarang ia harus membawa anaknya, Acep untuk bersama menyeberangi sungai Serayu. Meskipun komandannya telah mengingatkan Sersan Kasim untuk menitipkan Acep, akan tetapi Sersan Kasim masih bersikeras untuk membawa anaknya. Kemudian memasuki tahap klimaks yang tergambar pada paragraf 20 sampai paragraf 25, yakni ketika Acep menangis di gendongan Sersan Kasim dan membuat Sersan Kasim harus membuat keputusan akan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan sebagai seorang Sersan dari sebuah rombongan. Lalu dilanjutkan dengan tahap revelasi yang tergambar pada paragraf 26 dan 27, yakni ketika Acep meninggal dunia, karena dalam paragraf sebelumnya tidak dijelaskan mengenai apa yang terjadi ketika Acep berhenti menangis. Dalam tahapan ini penulis berusaha mengungkapkan kenyataan dengan tidak membahasakannya secara jelas. Dan yang terakhir adalah tahap penyelesaian atau dalam cerpen “Sungai” disebut tahap catastrophe yang tergambar pada paragraf 28 sampai paragraf 31, yakni tentang perasaan Sersan Kasim sepeninggal Acep. Penyelesaian cerpen “Sungai” ini merupakan penyelesaian yang bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dituntut untuk mengimajinasikannya.
                Tokoh – tokoh yang terdapat dalam cerpen “Sungai” tersebut adalah Sersan Kasim, Aminah [ istri Sersan Kasim ], komandan peleton, rombongan prajurit dan Acep [ anak Sersan Kasim ]. Dalam Cerpen ini Sersan Kasim berperan sebagai tokoh utama atau tokoh sentral sedangkan yang lain berperan sebagai periferal atau tokoh tambahan. Dalam cerpen ini tidak dijelaskan secara rinci unsur penokohan atau watak dari setiap tokohnya, yang paling menonjol hanyalah Sersan Kasim yang memiliki watak penyayang. Watak tersebut nampak melalui tidakan dan pikiran – pikiran dari tokoh Sersan Kasim. Sersan Kasim begitu menyayangi istrinya yang menemaninya ke wilayah kekuasaan Republik. Selain itu, Sersan Kasim juga menyayangi Acep anaknya, yang bersikeras ia bawa ketika menyeberangi sungai Serayu karena ia khawatir jika anaknya dititipkan pada orang yang salah. Selain penyayang Sersan Kasim juga memiliki watak bertanggung jawab, hal tersebut tergambar ketika Sersan Kasim mempertaruhkan nyawa anaknya sendiri demi keselamatan rombongannya.
                Latar dalam cerpen “Sungai” tersebut ada tiga, yakni latar waktu, latar tempat dan latar suasana. Latar waktu dalam cerpen ini adalah pada malam hari ketika masa sesudah kemerdekaan sekitar tahun 1958, pada saat tentara Belanda menduduki Yogya, yakni lebih tepatnya saat persetujuan gencatan senjata telah dilanggar. Kemudian latar tempat dalam cerpen ini adalah di provinsi Jawa Tengah di Sungai Serayu yang dikelilingi oleh tebing curam dan licin. Dan yang terakhir adalah latar suasana, yang menggambarkan suasana yang mencekam dengan udara yang dingin dan turun hujan.
                Sudut pandang dari cerpen “Sungai” ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu dari awal sampai akhir cerita. Dalam cerpen ini pencerita berada di luar cerita. Pencerita menggunakan kata ganti orang ketiga [ dia, ia ] atau menyebut nama tokoh, seperti Sersan Kasim, Aminah, Acep dan komandan peleton. Sudut pandang orang ketiga ini termasuk dalam sudut pandang orang ketiga serba tahu karena pencerita dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga pikiran – pikiran dari tokoh yang ada, seperti ketika Sersan Kasim sedang membayangkan kejadian 10 tahun yang lalu dan ketika Sersan Kasim memikirkan nasib anaknya jika ia menitipkannya ke orang lain serta perasaan Sersan Kasim sepeninggal anaknya, Acep di akhir cerita.
                Cerpen “Sungai” ini memiliki dua tema yakni tema mayor dan tema minor. Tema mayor dari cerpen ini adalah pengorbanan, yaitu pengorbanan seorang ayah yang rela mempertaruhkan nyawa anak semata wayangnya untuk kepentingan bersama. penulis mencoba menggambarkan keihlasan dan tanggung jawab, yakni tanggung jawab sebagai seorang sersan dan keikhlasan dari seorang ayah. Kemudian yang kedua, tema minor dari cerpen ini adalah tentang kasih sayang. Hal tersebut tercermin ketika Sersan Kasim mengijinkan istrinya ikut menyertai hijrahnya ke Yogya, walau dalam kondisi yang seba sulit, dan istrinya bersikeras untuk ikut. Kemudian Sersan Kasim memilih untuk tetap membawa Acep dalam perjalanan panjang yang penuh resiko, dari pada menitipkannya pada orang asing.
                Amanat yang terdapat dalam cerpen ini adalah bahwa sebagai seorang individu harus dapat bertanggung jawab dan amanah pada situasi apapun, seperti Sersan Kasim yang bertanggung jawab atas keselamatan rombongannya dan amanah terhadap tugas yang diemban sebagai seorang Sersan.   
Baca juga analisis cerpen lain:
Analisis unsur intrinsik cerpen "Misteri Penyihir di Belakang Sekolah"
Analisis unsur intrinsik cerpen "Memecahkan Bahasa Sandi"
Analisis unsur intrinsik cerpen "Petualangan Putri Lala"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar