Pages

Minggu, 23 November 2014

Sinopsis Naskah Drama "Matahari di Sebuah Jalan Kecil" Karya Arifin C. Noer

Matahari di Sebuah Jalan Kecil

Indonesia pada masa-masa mencekik, keadaan ekonomi yang tidak stabil, banyak harga bahan pangan yang melejit tinggi karena terus mengalami kenaikan. Akibat kejadian ini, banyak masyarakat Indonesia yang hidup susah penuh dengan ketidaksejateraan sehingga menimbulkan tindak kejahatan di salah satu bagian kehidupan. Rakyat miskin semakin miskin dan rakyat menengah ke atas dibuat tak berdaya. Pencurian dan penipuan tidak dapat dihindarkan lagi. Masyarakat sudah mengabaikan hak milik orang lain, apa yang diinginkan dapat dimiliki walaupun itu bukan miliknya. Mencuri dan menipu sudah menjadi jalan terakhir bagi mereka yang merasa kepepet karena tidak punya pilihan lain. Kecacatan dalam kehidupan masyarakat ini seolah tidak dapat dicegah. Para pencuri dan penipu memiliki trik dan cara cerdas dalam melakukan aksinya.
Di sebuah jalan kecil yang sempit, hanya dilalui oleh kendaraan-kendaraan dalam jumlah kecil, di sampingnya merupakan pabrik es yang bangunannya tua, disitulah Simbok, seorang pedagang pecel dikelabui oleh seorang pemuda. Awalnya Simbok tidak menaruh kepercayaan sama sekali kepada Pemuda yang mengaku tidak membawa uang untuk membayar pecel dan makanan yang dijajakan Simbok. Pemuda itu baru pertama kali terlihat di Kampung Pegulen. Dia mengaku warga baru yang berasal dari Muntilan. Kebiasaan menge”bon” memang sudah menjadi kebiasaan para pelanggan Simbok tetapi hal ini berlaku bagi pelanggan-pelanggan yang sudah dikenal saja. Simbok sering ditipu oleh pembeli baru yang mengaku tidak memiliki uang atau semacamnya seperti kejadian Pemuda itu. Oleh karena itu Simbok lebih berhati-hati dalam menghadapi para pembeli pecelnya.
Kampung Pegulen baru saja kemalingan. Penjaga malam pun dibuat bangun kesiangan gara-gara mengejar maling yang semalam berhasil lolos. Kejadian ini menjadi obrolan hangat pada hari berikutnya. Namun, lain halnya dengan Si Pendek, dia tidak tahu kejadian kemalingan yang terjadi, dia pun terus bertanya menginterogasi Penjaga Malam.
Pagi itu Sombok kembali menjajakan pecel. Seperti biasa, para pelanggan pecel Simbok menge”bon” makanan. Si Tua, Si Peci, Si Kacamata, Si Tua, Si Kurus, dan Si Pendek menikmati makanan yang disediakan Simbok. Sembari menyantap makanan, mereka mengeluh karena porsi pecel Simbok semakin lama semakin sedikit. Si Pendek adalah salah satu dari mereka yang bersikap bijaksana menghadapi semakin mahalnya kebutuhan pangan. Semua orang itu dibuat mengerti dan memahami keadaan ini. Pemuda ikut bergabung membeli makanan Simbok. Dia mengikuti arah pembicaraan orang-orang Kampung Pegulen.
Setelah terdengar bunyi lonceng tanda dimulai kembali jam kerja, para pekerja itu segera membayar makanan dan bekerja. Tetapi tidak dengan Si Pendek, dia menge”bon” makanan. Si Pemuda terlihat merogoh-rogoh saku celana membuat Simbok menjadi penasaran. Ternyata dompet Pemuda itu tertinggal di saku celana lain, yang dikenakannya saat malam hari. Keributan yang ditimbulkan Simbok dan Si Pemuda terdengar sampai-sampai Si Kurus keluar lagi dari tempat kerja. Usaha Si Pemuda untuk pulang mengambil dompet di rumah dicegah oleh Simbok dan Si Kurus. Simbok khawatir jika dia tertipu oleh ulah pembeli makanannya. Si Peci pun mendengar keributan yang terjadi dan dia muncul di jendela. Dia menyambar obrolan. Si Kurus dan Si Peci berusaha membantu Simbok dengan memaksa Si Pemuda untuk membayar makanan. Alhasil, Si Pemuda tetap bersikeras menjelaskan bahwa dia tidak dapat membayar makanan yang telah dimakannya karena dompetnya tertinggal di rumah. Dia pun diinterogasi perihal tempat tinggalnya. setelah beberapa lama muncul Si Kacamata dan Si Tua dari jendela. Si Pendek tidak ikut kawanan orang tersebut. Mereka semua memaksa Si Pemuda untuk membayar makanan. Si Pemuda tidak dapat membayar makanan, sehingga dia diminta untuk menaggalkan celana dan pakaian yang dikenakan sebagai jaminan. Si Pemuda menolak.
Setelah sekian lama, muncul seorang perempuan juragan batik bersama pembantu yang memayunginya. Dia tertarik dengan keributan yang terjadi. Setelah mendekat dan mengetahui permasalahan yang terjadi, perempuan itu membayarkan biaya makan Si Pemuda. Semua orang tidak terima dengan perlakuan juragan batik karena dirasa itu bukan keadilan dan akan membantu penipu seperi Pemuda itu. Perempuan itu pergi meninggalkan tempat.
Datang suara gemuruh truk yang dikendarai oelh Si Sopir. Setelah berhenti di tempat yang tidak jauh dari keributan, Si Sopir ikut menimbrung. Upaya untuk memaksa Si Pemuda agar membayar makanan semakin ramai. Desakan Si Sopir semakin kuat menyebabkan Si Pemuda menanggalkan bajunya. Pemuda itu memberikan baju kepada Si Peci, Si Peci lalu menyerakan baju itu kepada Simbok sebagai jaminan jika Si Pemuda kabur. Si Kurus menyarankan agar baju itu dititipkan kepada Abduh yang bekerja di dekat jendela. Si Kurus mengambil kembali baju itu lalu membawanya ke dalam. Orang-orang kembali bekerja.
Si pemuda memasang muka melas kepada Simbok dan meyakinkan bahwa dia tidak bermaksud menipu. Dia mengakui kalau tidak memiliki uang karena sedang mengembara mencari penghidupan dari desa tempat tinggalnya. simbok termakan ucapan Si Pemuda dan meminta baju kepada Si Peci untuk dikembalikan. Simbok mengembalikan baju kepada Si Pemuda, lalu Pemuda itu pergi.
Penjaga Malam yang baru selesai mandi keluar dan meminta Simbok menyiapkan pecel untuknya. Penjaga Malam menceritakan kepada Simbok tentang kejadian kemalingan di Desa Pegulen. Ciri-ciri maling itu sama seperti sosok Pemuda yang baru saja pergi tanpa membayar pecel. Akhirnya Simbok sadar bahwa dia telah ditipu lagi.

1 komentar: