Pages

Minggu, 23 November 2014

Sinopsis Naskah Drama "Godlob" Karya Danarto

Godlob



Suatu hari, di tengah – tengah sisa peperangan. Terlihat seorang lelaki tua yang sedang memapah anaknya yang terluka parah ke sebuah gerobak sambil mengibas – ibaskan pakaiannya untuk mengusir burung – burung gagak yang mengelilingi mereka. Ketika itu, lelaki tua sedang berbincang bahkan berdebat dengan anaknya mengenai gelar pahlawan dan kehidupan. Menurut lelaki tua itu, pahlawan adalah seseorang yang gugur di medan perang, dan mendapat gelar sebagai pahlawan adalah hal yang membanggakan dalam suatu kehidupan. Lelaki tua itu, bersikeras meyakinkan anaknya bahwa gelar pahlawan sangat penting ketika terjadi peperangan.
Karena dengan mendapat gelar pahlawan, seorang manusia dapat dikatakan memiliki eksistensi dalam lingkup sosial masyarakatnya. Namun anaknya ( lelaki muda ) selalu bersikeras untuk menyangkalnya. Lelaki muda itu mencoba untuk meyakinkan ayahnya, bahwa mendapat gelar pahlawan dan diingat oleh masyarakat bukan prioritas utama dalam kehidupan. Menurut lelaki muda itu,  yang terpenting dalam suatu peperangan adalah dapat memberi bantuan terhadap peperangan tersebut dan dapat selamat dalam peperangan itu. Lelaki muda itu selalu meyakinkan ayahnya bahwa luka parah yang ia dapatkan akibat dari peperangan, sudah menjadi kehendak dari Tuhan, dan ia ikhlas menderita dan terluka dalam perang tersebut. Meskipun tanpa mendapatkan sebuah gelar pahlawan. Kemudian, debat hebat pun terjadi di antara keduanya dan membuat lelaki tua mengungkapkan sesuatu hal yang membuat lelaki muda menjadi tercengang ketakutan.   Kemudian, Seketika itu lelaki tua menarik tubuh anaknya dan mulai mencekik leher anak bungsunya tersebut.
            Keesokan harinya, terlihat seorang perempuan yang sedang membopong seorang mayat laki – laki menuju balai kota. Kejadian tersebut membuat para penduduk desa berbondong – bonding datang menuju balai kota dan mulai membicarakan perempuan dan mayat yang dibopongnya. Lalu dengan menangis tersedu – sedu perempuan itu mulai berteriak dan menunjuk lelaki tua yang datang menghampirinya. Dengan bercucuran air mata, perempuan itu mulai mengungkap bahwa lelaki tua itu adalah suaminya, yang telah membunuh mayat yang sedang dibopongnya. Selain itu, ia juga mulai bercerita bahwa suaminya melakukan semua itu hanya untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa anaknya adalah pahlawan di medan perang. Kemudian lelaki tua itu mulai berbicara tentang nasib orang – orang kecil yang hidup dalam aturan orang – orang atas, nasib orang – orang kecil yang diabaikan oleh kalangan atas, bahkan setiap ucapan orang – orang kecil selalu dipandang sebelah mata. Lelaki tua itu mulai mempertanyakan kepada semua orang yang berada di Balai Kota tentang eksistensi orang – orang kecil dalam lingkup sosial masyarakat. Namun tanpa hitungan menit,  seketika perempuan yang sedang membopong mayat lelaki muda itu mulai mengeluarkan pistolnya, dan sesaat setelah itu suasana menjadi hening dan orang – orang yang berada di di balai kota mulai terpaku melihat kejadian yang baru saja mereka saksikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar