Godlob
Suatu
hari, di tengah – tengah sisa peperangan. Terlihat seorang lelaki tua yang
sedang memapah anaknya yang terluka
parah ke sebuah gerobak sambil mengibas –
ibaskan pakaiannya untuk mengusir burung – burung gagak yang mengelilingi
mereka. Ketika itu, lelaki tua sedang berbincang bahkan berdebat dengan anaknya
mengenai gelar pahlawan
dan kehidupan. Menurut lelaki tua itu, pahlawan adalah seseorang yang gugur di
medan perang, dan mendapat gelar sebagai
pahlawan adalah hal yang membanggakan dalam suatu kehidupan. Lelaki tua itu,
bersikeras meyakinkan anaknya bahwa gelar pahlawan sangat penting ketika
terjadi peperangan.
Karena dengan mendapat gelar pahlawan, seorang manusia dapat dikatakan memiliki eksistensi dalam lingkup sosial masyarakatnya. Namun anaknya ( lelaki muda ) selalu bersikeras untuk menyangkalnya. Lelaki muda itu mencoba untuk meyakinkan ayahnya, bahwa mendapat gelar pahlawan dan diingat oleh masyarakat bukan prioritas utama dalam kehidupan. Menurut lelaki muda itu, yang terpenting dalam suatu peperangan adalah dapat memberi bantuan terhadap peperangan tersebut dan dapat selamat dalam peperangan itu. Lelaki muda itu selalu meyakinkan ayahnya bahwa luka parah yang ia dapatkan akibat dari peperangan, sudah menjadi kehendak dari Tuhan, dan ia ikhlas menderita dan terluka dalam perang tersebut. Meskipun tanpa mendapatkan sebuah gelar pahlawan. Kemudian, debat hebat pun terjadi di antara keduanya dan membuat lelaki tua mengungkapkan sesuatu hal yang membuat lelaki muda menjadi tercengang ketakutan. Kemudian, Seketika itu lelaki tua menarik tubuh anaknya dan mulai mencekik leher anak bungsunya tersebut.
Karena dengan mendapat gelar pahlawan, seorang manusia dapat dikatakan memiliki eksistensi dalam lingkup sosial masyarakatnya. Namun anaknya ( lelaki muda ) selalu bersikeras untuk menyangkalnya. Lelaki muda itu mencoba untuk meyakinkan ayahnya, bahwa mendapat gelar pahlawan dan diingat oleh masyarakat bukan prioritas utama dalam kehidupan. Menurut lelaki muda itu, yang terpenting dalam suatu peperangan adalah dapat memberi bantuan terhadap peperangan tersebut dan dapat selamat dalam peperangan itu. Lelaki muda itu selalu meyakinkan ayahnya bahwa luka parah yang ia dapatkan akibat dari peperangan, sudah menjadi kehendak dari Tuhan, dan ia ikhlas menderita dan terluka dalam perang tersebut. Meskipun tanpa mendapatkan sebuah gelar pahlawan. Kemudian, debat hebat pun terjadi di antara keduanya dan membuat lelaki tua mengungkapkan sesuatu hal yang membuat lelaki muda menjadi tercengang ketakutan. Kemudian, Seketika itu lelaki tua menarik tubuh anaknya dan mulai mencekik leher anak bungsunya tersebut.
Keesokan harinya, terlihat seorang
perempuan yang sedang membopong seorang mayat laki – laki menuju balai kota.
Kejadian tersebut membuat para penduduk desa berbondong – bonding datang menuju balai kota
dan mulai membicarakan perempuan dan mayat yang dibopongnya. Lalu dengan
menangis tersedu – sedu perempuan itu mulai berteriak dan menunjuk lelaki tua
yang datang menghampirinya.
Dengan bercucuran air mata, perempuan itu mulai mengungkap bahwa lelaki tua itu
adalah suaminya, yang telah membunuh mayat yang sedang dibopongnya. Selain itu, ia juga mulai
bercerita bahwa suaminya melakukan semua itu hanya untuk mendapatkan pengakuan
dari masyarakat bahwa anaknya adalah pahlawan di medan perang. Kemudian lelaki
tua itu mulai berbicara tentang nasib orang – orang kecil yang hidup dalam
aturan orang – orang atas, nasib orang –
orang kecil yang diabaikan oleh kalangan atas, bahkan setiap ucapan orang –
orang kecil selalu dipandang sebelah mata. Lelaki tua itu mulai mempertanyakan
kepada semua orang yang berada di Balai Kota tentang eksistensi orang – orang
kecil dalam lingkup sosial masyarakat. Namun tanpa hitungan menit, seketika
perempuan yang sedang membopong mayat
lelaki muda itu mulai mengeluarkan
pistolnya, dan
sesaat setelah itu suasana menjadi hening dan orang – orang yang berada di di balai kota mulai terpaku
melihat kejadian yang baru saja mereka
saksikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar