Pages

Rabu, 22 Oktober 2014

Contoh Cerpen "Yang Fana Adalah Waktu, Kita Abadi"

Yang Fana Adalah Waktu, Kita Abadi
 Oleh Wahyu Putri Wijayani

(Kematian adalah kepastian)

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
 aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada  
“Bagaimana menurtmu ? apa aku sudah baik menyampaikan puisi Sapardi ini untukmu ?,” tanya Ryan kepada Melati, kekasihnya.
“Kau cukup baik, namun sepertinya itu belum dari hati,” jawab Melati sambil memperhatikan dengan seksama wajah Ryan.
“Lalu kau mau aku membacanya lagi ?,” tanya Ryan dengan serius
“Tidak, aku hanya bercanda, kau sudah cukup baik sayang. Aku sangat menyukai semua puisi yang kau bacakan,” jawab Melati dengan senyum manjanya. Lalu Ryan pun mencubit pipi Melati yang tembam itu dengan gemasnya. Percakapan di taman sore itu menjadi rutinitas sehari – hari yang mereka lakukan setiap selesai bekerja. Dan setiap pertemuan mereka pun, Ryan selalu membacakan puisi untuk Melati.
            Dua tahun sudah mereka menjalin hubungan asmara, kedua orang tua mereka pun telah merestui hubungan mereka dan selalu meminta mereka untuk segera melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Namun, keduanya belum terlalu memikirkan hal tersebut. Keduanya masih fokus pada pekerjaan mereka masing – masing.
            Suatu hari, Melati telah sampai di taman yang biasa mereka kunjungi. Namun setelah dua jam menunggu, Ryan tak juga datang. Melati sudah mencoba untuk menghubungi nomor telepon Ryan, tapi nomornya tidak aktif. Akhirnya Melati memutuskan untuk pulang dengan wajah kesal.
            Seminggu sudah berlalu, namun belum juga Ryan dapat dihubungi. Selama seminggu itu,setiap harinya, Melati terus menunggu Ryan di taman itu selesai Bekerja. Bahkan di hari Minggu pun Melati mengunjungi taman tersebut untuk menanti kedatangan Ryan. 
            Perasaan sedih dan marah pun selalu menggelayuti pikiran dan hati Melati. Ia merasa telah dikhianati oleh kekasihnya. Semua janji – janji Ryan mengambang dan menguap dalam pikirannya. Tiba – tiba ia teringat dengan salah satu janji Ryan, yaitu bahwa Ryan berjanji akan menikahinya suatu hari nanti di taman yang sering ia kunjungi bersama. Mereka akan mengadakan pesta kebun yang didatangi oleh orang – orang terdekat.
            Air mata Melati menetes dan sulit untuk menghentikannya. Isak tangisnya pun terdengar oleh ibunya yang berada di kamar sebelah.
            “Ada apa Melati ?,” tanya ibunya
            “Oh tidak ada apa-apa ibu. Jawab Melati sambil menyeka air matanya
“Semuanya baik – baik saja?, tanya ibunya, dengan masih penasaran
“Semuanya baik – baik saja ibu, hanya ada sedikit masalah tak berarti,” jawab Melati dengan senyum terpaksanya.
            “ Jika masalah itu tak berarti, kau tak mungkin menangis Melati ?” tanya ibunya dengan menatap dalam – dalam kedua bola mata Melati yang terus mengelurkan air mata itu. Kemudian, tanpa berkata apapun Melati pun langsung memeluk ibunya dan menangis di dada Ibunya.
            Sejak kecil, Melati memang sudah dekat dengan ibunya. Karena tidak ada siapapun orang yang berada di rumah kecuali ibunya. Ayahnya telah meninggal dunia tepat ketika Melati dilahirkan. Hal tersebut memaksa ibunya untuk menjadi ayah sekaligus ibu bagi Melati. Ibunya merupakan sosok yang tegar. Dalam keadaan yang sesulit itu, ibunya mampu bertahan dan membesarkan Melati dengan usahanya sendiri. Keadaan tersebut membuat keduanya saling menyayangi satu sama lain.
            Suatu hari di suatu siang ketika Melati sedang sibuk dengan semua pekerjaan kantornya, tiba – tiba saja teleponnya berdering, dan setelah Melati mengangkat teleponnya, segera ia bergegas ke sebuah rumah sakit.
            “ Bagaimana keadaan Ibu saya ?,” tanyanya dengan panik pada seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan tempat ibunya dirawat.
            “ Anda masuk saja, di dalam sudah ada dokter yang menangani” jawab perawat tersebut.
            Sudah sekitar satu tahun Ibu Melati mengidap penyakit gagal ginjal, namun Ibu Melati tidak memberitahukannya pada Melati. Ia khawatir, jika Melati tahu, maka ia akan cemas. Maka dari itu Ibu Melati merahasiakan hal tersebut pada Melati.
            Setiap harinya, Melati selalu menjaga Ibunya di rumah sakit selesai pulang bekerja. Waktu dan pikirannya hanya tertuju pada Ibunya. Ryan pun sudah mulai ia lupakan dengan perlahan. Meskipun hatinya masih mengharapkan kedatangan Ryan, namun logikanya selalu berusaha untuk melupakannya. Amarah serta kesedihannya bercampur jadi satu. Ryan, yang selama ini telah menjadi sosok pria penyayang yang sejak kecil tak pernah ia dapatkan dari seorang ayah, kini telah pergi meninggalkannya.
            Suatu malam, ketika Melati masih menemani Ibunya di rumah sakit. Ryan datang ke rumah Melati. Mengetahui Melati berada dirumah sakit. Ryan pun bergegas pergi ke rumah sakit untuk menemui Melati.
            Di suatu lorong rumah sakit, Ryan sejenak duduk di sebuah bangku. Ia termenung sejenak. Pandangannya tertuju pada benda yang ia bawa saat itu. Kemudian ia memutuskan untuk meletakkan benda yang berada di tangannya itu di sebuah pot.
“Mungkin hari ini belum saatnya untukku mengatakan padanya,” gumam Ryan dalam hati. Perlahan, Ryan pun mulai masuk di ruang tempat Ibu Melati dirawat.
            “Melati,” panggil Ryan dengan suara lirih. Melati pun menoleh dan raut mukanya pun langsung berubah. Ryan, yang selama ini telah meninggalkannya selama berhari – hari, kini muncul di hadapannya. Sejenak Melati memandang dengan penuh rasa bahagia. Namun tiba – tiba raut mukanya berubah dengan wajah penuh amarah.
            “Kenapa kau datang kemari?,” tanya Melati dengan wajah ketus.
            “Kau tak menginginkan aku datang kemari Melati ?, aku hanya ingin menemanimu,” jawab Ryan dengan senyum tipis.
            “Aku marah padamu, apa kau tak sadar itu ?” jawab Melati dengan nada semakin meninggi. Lalu Ryan pun mendekati Melati dan kemudian, dengan kedua tangannya mengarahkan pandangan Melati padanya.
            “Aku mencintaimu Melati, selamat ulang tahun sayang,” ucap Ryan dengan kedua bola matanya mengarah pada mata Melati yang mulai mengeluarkan air mata.
            “Sudahlah, kau tak bisa berbohong padaku, jangan memaksakan hatimu untuk membenciku. Aku mengenalmu Melati, jauh mengenalmu,” lanjut Ryan, yang kemudian memeluk Melati dengan eratnya.
            “Kau pemenangnya” gumam Melati dalam hati sambil menangis di pelukan Ryan.
            Sejak saat itu, setiap harinya Ryan selalu menemani Melati untuk menjaga Ibu Melati di rumah sakit. Kebersamaan mereka berdua pun semakin mempererat hubungan mereka kembali.
            Di suatu sore hari, tiba – tiba saja Ryan ingin membacakan sebuah puisi untuk Melati seperti kebiasaannya dulu ketika di taman.
            “ Melati, apa kau mau aku bacakan sebuah puisi ?,” tanya Ryan
            “Tentu saja, kau sangat indah ketika membacakan puisi untukku,” jawab Melari dengan wajah berbinar.
            Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
            memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
            sampai pada suatu hari
            kita lupa untuk apa.
            “Tapi,
            yang fana adalah waktu, bukan?”
            tanyamu. Kita abadi.
            “Aku kali ini tak mengerti arti dari puisi yang kau bacakan ?” ucap Melati dengan wajah penuh kebingungan.
            “Sejak dulu pun aku yakin kau tak paham semua puisi yang kubacakan” sindir Ryan lembut.
            “aku tak sebodoh apa yang ada dipikiranmu,” jawab Melati dengan muka cemberut.
            “Baiklah, anggap kali ini kau pemenangnya,” ucap Ryan dengan mencubit pipi Melati
            “Terimakasih sayang, kau telah menemaniku menjaga Ibuku. Besok, Ibuku akan menjalani operasi. Aku sangat gugup sekali. Aku khawatir jika ...” ucapan Melati terputus, dan ia pun langsung mengalihkan pandangannya pada ibunya yang tertidur di ranjang rumah sakit.
            “ Tenanglah Melati, semua akan baik – baik saja. Aku akan selalu menemanimu. Di saat apapun. Karena seperti puisi yang kubacakan tadi bahwa kita abadi” urai Ryan dengan senyum tipisnya.
            Keesokan harinya, operasi Ibu Melati pun berjalan dengan lancar. Kemudian dengan rona wajah bahagia, Melati pun segera menghubungi Ryan untuk memberitahukan bahwa operasi Ibunya berjalan dengan lancar. Namun, belum sempat menghubungi, tiba – tiba seorang perawat di suatu rumah sakit memberi sebuah CD disk beserta kotak persegi berwarna jingga berukir mega mendung dan sebuah bunga mawar putih, kesukaan Melati.
            “Dari siapa ?,” tanya Melati heran.
            “Dari salah seorang Ibu berambut ikal yang tadi berada di lobby” jawab perawat tersebut.
            “ Apa dia yang mendonorkan ginjalnya pada Ibuku ?,” tanya Melati lagi.
            “ Saya kurang tahu, tapi Ibu tadi memintamu untuk segera membuka disk CD tersebut,” jawab perawat itu kembali.
            “ Tapi bisakah sekarang aku menemuinya ?, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih” tanya Melati
            “Maaf, tapi dia sepertinya sudah pergi” jawab perawat itu singkat. Lalu meninggalkan Melati di ruangan bersama ibunya.
            Dengan penuh penasaran, Melati mulai mengeluarkan laptop yang berada di sampingnya, kemudian ia mulai membuka disk CD tersebut.
Melati, apa kabar ? mungkin saat ini kau tengah bahagia dengan operasi Ibumu yang lancar.
Ingatlah bahwa yang fana adalah waktu, kita abadi.
Kau masih ingat dengan puisiku saat itu kan ?
Melati, aku sangat mencintaimu, begitu sangat mencintaimu.
Bahasa pun tak dapat kurangkai untuk dapat melukiskan perasaanku ini.
Waktu itu, ketika aku menghilang dari kehidupanmu, aku sebenarnya sedang merencanakan sebuah pesta kejutan untukmu, tepat di hari ulang tahunmu.
Tapi, mungkin saat itu belum tepat untukku memberi kejutan itu untukmu.
Lalu kuputuskan untuk menundanya.
Dan saat ini aku akan memberikan kejutan itu untukmu.
Bukalah kotak itu...
            “......, Melati membuka kotak berwarna jingga itu, dan ia tertegun melihat semua foto-foto dirinya yang sedang tertawa.
Itu adalah kamu Melati.. kamu saat kamu tertawa, tersenyum bahagia...
Kau bahagia kan ?
Berjanjilah untuk selalu bahagia, karena aku akan selalu bersamamu.
Kita abadi, Melati. Abadi
Yang fana hanyalah waktu yang mengiringi kita
            “Ryan... Ryan..., Melati memanggil nama ryan karena tiba-tiba wajah ryan menghilang dari layar
Seketika hening tercipta, Melati melihat kembali kedalam kotak berwarna jingga berukir mega mendung itu, dan ia menemukan satu kotak kecil berwarna merah bertali pita berwarna emas didalam kotak berwarna jingga berukir mega mendung tersebut. Dan Melati pun membuka kotak berwarna merah bertali pita berwarna emas itu.
‘Oh..., Melati terkejut karena di dalamnya terdapat cincin bermata berlian yang terikat kedalam cincin berpenampang bentuk melati.
Sebenarnya kotak itu ingin kuberikan saat hari ulang tahunmu.
            Tiba-tiba wajah Ryan kembali muncul dilayar, seketika itu juga Melati langsung menatap layar monitor laptop merah jambu miliknya itu.
Tapi, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untukku berikan padamu.
Jangan menangis Melati, berjanjilah kau akan selalu bahagia.
Setahun silam aku didiagnosa oleh dokter mengidap penyakit yang mematikan.
Aku takut, aku akan membuatmu sedih, jadi aku merahasiakan ini darimu.
Berbagai cara telah kulakukan untuk menyembuhkan penyakit ini.
Namun tangan waktu telah menangkapku
Aku tak dapat melarikan diri.
Karena aku sadar kematian bukanlah akhir dan perpisahan
Kematian hanyalah satu dari tujuan hidup
Hidupku, hidupmu, hidup seluruh makhluk di dunia
Hidup dan bahagialah Melati
Kematian adalah kepastian
Aku bersyukur, tubuhku ini dapat bermanfaat.
Ragaku akan selalu berada di tubuh Ibumu Melati.
Saat kau rindu hadirku, lihatlah langit, aku ada disana untuk bersamamu.
Tersenyum dan berbahagialah.
            Video pun berhenti, dan Melati memegang erat-erat cincin bermata berlian yang terikat kedalam cincin berpenampang bentuk melati. Air mata mengalir di mata Melati tanpa henti. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar