Pages

Minggu, 30 November 2014

Laporan Bedah Buku Puisi Pusaran Cinta Karya Kiai Budi Harjono Oleh Gus Bur Rabu, 23 April 2014 Ruang B1 106 ( Laboratorium Teater Usmar Ismail ) FBS UNNES



Acara bedah buku Pusaran Cinta karya Kiai Budi Harjono oleh Pak Burhan atau dapat disebut dengan sebutan Gus Bur ini berjalan dengan lancar dan sukses menarik minat penonton. Hal tersebut, terbukti dengan membludaknya para penonton yang datang, sehingga beberapa penonton ada yang tidak kebagian tempat duduk. Acara  bedah buku ini dimulai kurang lebih pukul 20.00WIB sampai kurang lebih pukul 23.00 WIB
            Sambutan dari ibu Sumartini dan ibu Zuliyanti menandakan bahwa acara akan segera dibuka. Setelah acara dibuka,  kemudian pembawa acara ( moderator ) bapak Gunawan Budi S, memberikan urutan acara yang akan dilakukan dalam 3 jam kedepan.
       Pagelaran wayang singkat oleh Kyai Budi harjono merupakan acara pertama dalam bedah buku ini. Pagelaran wayang tersebut, menggambarkan tentang dialog antar tokoh Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) mengenai cerita yang sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa, yang kebanyakan tentang perasaan galau yang sering melanda para mahasiswa. Kiai Budi Harjono melanjutkan acara dengan pembacaan puisi yang diiringi petikan kecapi dan tembang jawa, serta tarian sufi yang menambah indah suasana. Dalam puisinya,  secara tersirat Kiai Harjono memberikan nasihat bahwa agar kita senantiasa mengingat kepada Allah SWT.
       Kemudian, acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Ibu Nana Rizkhi Susanti, yang membacakan puisi karya Kiai Budi Harjono berjudul “Kesetiaan”. Ibu Nana membacakan puisi tersebut dengan begitu indah, sehingga membuat penonton takjub.
       Setelah Bu Nana selesai membacakan puisi, selanjutnya  Kiai Budi Harjono menerangkan gerakan dan pakaian dari penari sufi. Beliau memaparkan bahwa peci panjang yang dipakai oleh penari sufi diibaratkan dengan patok kuburan yang tujuannya agar manusia selalu mengingat kematian. Lalu, busana yang dikenakan adalah kain yang menyerupai kain kafan. Setelah memaparkan tentang busana yang dikenakan. Kiai Budi Harjono kemudian memaparkan tentang gerakan yang ditarikan oleh penari sufi. Gerakan pertama yaitu kaki kiri menginjak, simbolis penginjakan hawa nafsu. Peletakan kedua tangan menyilang pada kedua pundak seperti seseorang yang menggigil seperti orang yang ketakutan bermakna ketakutan diri menghadapi pengadilan hakiki di hadapan Tuhan. Gerakan berlanjut dengan tubuh condong ke depan lalu tegak kembali lantas berputar secara terus-menerus berlawanan jarum jam merupakan simbol penyerahan diri kepada Tuhan. Beliau melanjutkan dengan membacakan puisi kembali sekaligus dengan mempraktikkan tarian sufi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar