Malaikat Hitam
Oleh Wahyu putri Wijayani
“Kumohon bantu aku, aku sangat takut. Aku tak
mau masuk penjara, ini semua perintah ayahku,”
“Aku
tak bisa,”
“Kau
mencintaiku kan ! buktikan kau mencintaiku, apa kau masih mencintainya ?,”
“Tapi
bukan seperti ini caranya,”
“Kau
harus melakukannya, katakan kau mencintaiku !,”
“Aku
mencintaimu,”
“Maafkan aku, aku malaikat hitam
itu, aku yang menyayangimu, juga membencimu,”
***
Dua bulan yang lalu, Tiara baru
pulang dari New York. Disana ia baru saja menyelasaikan studi masternya di sebuah
universitas swasta. Perempuan cerdas ini sangatlah beruntung, semenjak
menginjak bangku sekolah dasar sampai pergutuan tinggi, ia selalu menjadi
bintang kelas. Oleh karena itu, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah
masternya di luar negeri.
Tepat tiga bulan yang lalu, ia telah
lulus dari universitasnya, namun malang, sekitar 3 minggu kemudian. Ia mendapat
kabar bahwa neneknya telah meninggal dunia akibat kebakaran besar – besaran di
desanya. Sekarang ia tak punya kerabat
lagi. Kedua orangtuanya telah meninggal sejak ia masih berumur 7 tahun. Sejak
saat itulah ia diasuh oleh neneknya. Sekarang hanyalah sebuah tanah dan bekas
rumah terbakar yang ia miliki.
“ibu, ayah, nenek aku kembali” gumam
Tiara sambil membuka pintu rumah yang telah berwarna hitam dan termakan oleh
api itu.
“Kebakaran yang dahsyat. tak mungkin
rumah ini dapat terbakar semudah itu. Ayah tak mungkin membangun rumah ini
dengan sembarangan,” ucap Tiara dalam hati. Seketika itu air mata Tiara menetes
dengan derasnya.
“Ayah, maafkan aku. Seharusnya aku
tak menerima beasiswa itu. Seharusnya aku dapat menjaga nenek dengan baik.
Seharusnya aku dapat menyelamatkan rumah ini,” lanjut Tiara dalam hati
Perlahan Tiara menuju sebuah bangku
berwarna merah bata dengan ukiran kayu di pinggirannya. Ia mulai duduk disana
dan menatap ke arah kertas yang ia baca. Kemudian, dengan sedikit mengkerutkan
dahi dan menyipitkan matanya, Tiara mulai membaca tulisan dari kertas itu.
Beberapa detik, ia masih kebingungan untuk membacanya. Karena di pojok atas
kertas tersebut sedikit terbakar.
“Apa maksud tulisan nenek ini?,”
gumam Tiara dalam hati
Berwarna
biru tua di bawah pohon searah jarum jam
Gantungan
kunci berbentuk hati berwarna merah hati
Malaikat
hitam
“Malaikat hitam?,” ucap Tiara
Beberapa saat kemudian terdengar
suara langkah kaki masuk ke arah Tiara duduk.
“Tiara...., apa kau disini,? Seru
Rita dari luar
“Siapa ?” seru Tiara
“Kau lupa dengan temanmu yang cantik
ini?” ucap Rita sambil masuk rumah dan duduk di samping Tiara.
“Rita ! bagaimana kau tahu aku
pulang ? aku sangat merindukanmu,” jawab Tiara sambil mulai memeluk Rita
Sejak duduk di sekolah dasar sampai
sekolah menengah atas, mereka berdua selalu bersama. Rumah Rita yang
bersebelahan dengan rumah Tiara membuat mereka akrab sejak kecil.
“Aku turut berduka,” ucap Rita
dengan lirih
“Terimakasih Rita, tapi rumahmu juga
terbakar kan ?, kita sama – sama bernasib malang,” jawab Tiara dengan senyum
simpul.
Selama kurang lebih satu jam mereka
bercakap – cakap di ruangan itu. Saat itu, Tiara juga menceritakan tentang
kertas yang ditulis neneknya sebelum meninggal. Ia mengajak Rita untuk
menyelidiki arti tulisan neneknya itu. Rita pun menyetujui dan bejanji akan
membantu Tiara dengan sepenuh hati.
Malam itu, karena rumah Tiara masih
berantakan dan belum dibersihkan. Maka ia memutuskan untuk menginap di rumah
Rita yang hanya sedikit bagian yang termakan api.
Keesokan harinya Tiara memutuskan
untuk membersihkan rumah dan memperbaiki setiap bagian rumah yang termakan api.
Memang tidak mudah dan cepat. Ia menghabiskan waktu selama tujuh hari untuk
itu.
Di hari ketiga saat ia membersihkan
rumah bersama Rita, tiba – tiba datang seorang pria bermata sedikit sipit
dengan kulit sawo matang yang berpakaian lengkap dengan kemeja berwarna merah
bata.
“Permisi,” seru pria berkemeja merah
bata itu dari luar
“iya, maaf cari siapa ya ?, “ tanya
Tiara sambil membawa sapu di tangan kanannya
“Saya mencari pemilik rumah ini,”
jawab Pria tersebut
“Iya saya sendiri, ada perlu apa ya?
Mari masuk,” ucap Tiara dengan menyunggingkan senyum simpulnya
Kurang lebih selama dua jam mereka
berbincang di ruangan tersebut. Selama
perbincangan dimulai, wajah Tiara yang semula ramah mulai menjadi masam. Ia
baru tahu bahwa tanah dan rumah yang sedang ia bersihkan ini akan segera di
gusur dan dijadikan sebagai PLTU area parkir PLTU tepatnya, Tiara selalu
tertawa getir dalam hati saat membayangkan rumah yang telah membesarkannya akan
diubah menjadi area parkir mobil orang-orang gendut.
“Baiklah, saya permisi pulang. Lebih
baik anda memikirkannya kembali dengan baik. Minggu kemarin, sebelum kejadian kebakaran itu
menimpa rumah ini, saya sempat bertemu dengan nenek anda,” ucap pria tersebut sembari
keluar dari pintu rumah Tiara.
“Apakah dia malaikat hitam itu,”
ucap Tiara dalam hati
Selama seminggu, akhirnya rumah pun
selesai diperbaiki oleh Tiara dan Rita, dengan bantuan beberapa penduduk
sekitar pula. Namun, meskipun rumah telah selesai diperbaiki, pikiran Tiara
belum juga tenang. Ia masih memikirkan tentang ucapan pria itu, bahwa tanah dan
rumahnya akan digusur untuk PLTU. Meskipun akan diberikan uang ganti untung,
namun Tiara masih belum ikhlas jika rumah yang dibangun ayahnya sejak dulu akan
digusur dan dibuat proyek PLTU. Kemudian dengan bantuan Rita, ia pergi ke rumah
– rumah penduduk yang terkena proyek PLTU itu pula, ia berusaha membujuk
masyarakat agar menolak proyek tersebut, karena menurutnya, proyek itu selain
memakan tempat tinggal juga akan menimbulkan polusi udara yang akan mengancam
kesehatan.
“Ibu, apakah ibu yakin mau
mengikhlaskan rumah dan tanah ibu ini untuk kepentingan proyek PLTU ?,” ucap
Tiara yang didampingi oleh Rita disebelahnya.
“Sebenarnya, Ibu tidak yakin, tapi
mau bagaimana lagi, memang ini sudah keputusannya. Sudahlah nak, sebaiknya kau
menyetujuinya juga, kita hanya rakyat kecil, tak mungkin dapat menolak apa yang
telah ditetapkan pemerintah,” jawab Ibu tersebut dengan meletakkan tangan
kananya di pundak Tiara
“Tapi, ini tidak adil Bu, seharusnya
pembangunan PLTU tidak di kawasan padat penduduk seperti ini,” seru Tiara
dengan mengkerutkan dahinya.
Perbincangan di rumah salah satu
penduduk itupun berakhir dengan kekecewaan di hati Tiara. Ternyata semua
penduduk yang ia datangi, tidak mau menolak pembangunan proyek PLTU tersebut.
Bahkan kebanyakan dari mereka mengusir Tiara dengan halus.
“Aku tak mengerti, kenapa mereka
menerima dengan mudah proyek PLTU itu Rit?, aku harus menemukan cara agar
mereka menolak proyek tersebut,” ucap Tiara kepada Rita dengan nada meninggi.
Keesokan harinya, Tiara didatangi
Pria itu lagi, namun Tiara masih bersikeras tidak mau menyetujuinya. Selama
tiga hari berturut – turut pria tersebut selalu mengunjungi Tiara. Namun Tiara
tetap bersikeras menolak pembangunan PLTU tersebut.
Kemudian,
keesokan harinya, saat Tiara sedang membersihkan dapur, terdengar suara ketukan
pintu dari arah luar. Lalu Tiara pun bergegas untuk segera membuka pintu
“Surya
?,” Seru Tiara
“Kau
masih mengingatku ?” jawab Surya dengan mata yang berbinar
“Tentu
saja, mari masuk,” jawab Tiara sambil mempersilakan Surya duduk di ruang
tamunya.
Surya
merupakan mantan kekasih Tiara saat Tiara masih duduk di bangku SMA, namun
karena tidak disetujui oleh orang tua Surya, membuat hubungan mereka harus
berakhir di tengah jalan.
“Aku
tahu, kau sedang dirundung masalah, tentang pembangunan proyek PLTU itu,” ucap
Surya.
“Kau
tahu itu ? kuharap kau mau membantuku,” jawab Tiara
“Entahlah,
aku masih ragu tentang keberhasilannya, tapi aku berjanji akan membantumu,”
Dalam
perbincangan tersebut Tiara menceritakan tentang tulisan neneknya sebelum
meninggal. Ia berharap bahwa Surya dapat membantunya untuk mengungkap arti
tulisan neneknya itu. Surya pun menyetujuinya.
“Asal kau tahu, sampai
detik ini pun aku masih mengharapkan sosokmu untuk selalu berada di dekatku,
senja yang bergulir bersama kita masa itu tak akan terlupa dalam puluhan menit,
jam bahkan abad sekalipun,”
Selama
beberapa hari terakhir, Surya dan Rita sering datang kerumah Tiara untuk
membantu Tiara dalam mengungkap arti tulisan neneknya, juga membantu dalam hal
membuat masyarakat menolak pembangunan PLTU itu.
Suatu
malam saat Tiara membersihkan ruang tamu, tiba – tiba saja ia menemukan
gantungan kunci berbentuk hati berwarna merah muda di bawah kursi. Ia kemudian
meminta Surya untuk mengambil kertas yang ada tulisan neneknya itu.
“Aku
menemukan gantungan yang diceritakan nenekku itu,” ucap Tiara
“Apa
kau yakin, ini gantungannya?” jawab Surya
“Iya,
tentu saja. Aku tak punya gantungan kunci seperti ini sebelumnya,” ucap Tiara
Kemudian
mereka bertiga pun terdiam sejenak. Selang beberapa detik. Tiba – tiba datang
pria yang berkemeja merah bata itu lagi. Ia tak hanya sendirian. Disini ia
membawa dua orang temannya yang berbadan besar dan kekar.
“Apa
yang ingin kau lakukan ? Sudah kubilang aku tak mau memberikan tanah ini untuk
proyek itu,” seru Tiara
Tanpa
berkata apapun, pria berkemeja merah bata dan dua orang temannya itu pun
langsung membawa Tiara ke sebuah mobil. Tiara mencoba meronta – ronta, namun
semuanya sia – sia. Pandangan Tiara pun tertuju pada kedua temannya yang
berdiri di belakangnya, namun Tiara pun tersentak kaget. Ia tak percaya dengan
apa yang ia lihat saat itu terhadap dua temannya. Tangannya gemetar. Wajahnya
menjadi pucat. Tangannya mulai dingin. Tiba – tiba, sebuah sapu tangan basah
telah membuatnya pingsan dan tak mengingat apa – apa lagi.
Beberapa
saat kemudian, Tiara tiba – tiba berada di suatu ruangan. Iamendengar
sebuahpercakapan di balik pintu. Namun di telinganya ia masih mendengar samar –
samar perbincangan dua orang pria di dekatnya itu.
“Sekarang?”
“Kumohon
jangan sekarang, biarkan aku berbicara dengannya sebentar,”
Kemudian
masuklah seorang pria dari luar. Pandangan Tiara masih samar – samar, namun ia
sadar bahwa itu merupakan suara Surya. Ia pun membuka matanya lebar – lebar dan
memberikan wajah penuh amarah pada Surya. Saat itu, Surya tengah memakai kemeja
berwarna biru tua. Seketika Tiara pun makin marah dan ingin sekali memaki Surya
dengan sekeras – kerasnya.
“Kau
!!, kau malaikat hitam !!,” teriak Tiara dengan nada tinggi
“Anggap
saja aku, anggap aku yang salah, asal kau tahu Rita adalah kekasihku sekarang.
Tepatnya saat di perguruan tinggi. Aku mencintainya,” urai Surya
“Aku
tak memintamu menceritakan itu semua ! Kau pengkhianat !,” teriak Tiara
“Maafkan
aku,” jawab Surya kemudian mulai pergi dari ruangan
Belum
sempat Tiara berucap tiba – tiba saja asap hitam mulai menjalar di seluruh
ruangan. Api pun mulai masuk di ruangan Tiara dan memakan seluruh ruangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar