Pages

Minggu, 23 November 2014

Contoh Cerpen "Malaikat Hitam"

Malaikat Hitam 
Oleh Wahyu putri Wijayani


 “Kumohon bantu aku, aku sangat takut. Aku tak mau masuk penjara, ini semua perintah ayahku,”
“Aku tak bisa,”
“Kau mencintaiku kan ! buktikan kau mencintaiku, apa kau masih mencintainya ?,”
“Tapi bukan seperti ini caranya,”
“Kau harus melakukannya, katakan kau mencintaiku !,”
“Aku mencintaimu,”
“Maafkan aku, aku malaikat hitam itu, aku yang menyayangimu, juga membencimu,”



***
            Dua bulan yang lalu, Tiara baru pulang dari New York. Disana ia baru saja menyelasaikan studi masternya di sebuah universitas swasta. Perempuan cerdas ini sangatlah beruntung, semenjak menginjak bangku sekolah dasar sampai pergutuan tinggi, ia selalu menjadi bintang kelas. Oleh karena itu, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah masternya di luar negeri.
            Tepat tiga bulan yang lalu, ia telah lulus dari universitasnya, namun malang, sekitar 3 minggu kemudian. Ia mendapat kabar bahwa neneknya telah meninggal dunia akibat kebakaran besar – besaran di desanya.  Sekarang ia tak punya kerabat lagi. Kedua orangtuanya telah meninggal sejak ia masih berumur 7 tahun. Sejak saat itulah ia diasuh oleh neneknya. Sekarang hanyalah sebuah tanah dan bekas rumah terbakar yang ia miliki.
            “ibu, ayah, nenek aku kembali” gumam Tiara sambil membuka pintu rumah yang telah berwarna hitam dan termakan oleh api itu.
            “Kebakaran yang dahsyat. tak mungkin rumah ini dapat terbakar semudah itu. Ayah tak mungkin membangun rumah ini dengan sembarangan,” ucap Tiara dalam hati. Seketika itu air mata Tiara menetes dengan derasnya.
            “Ayah, maafkan aku. Seharusnya aku tak menerima beasiswa itu. Seharusnya aku dapat menjaga nenek dengan baik. Seharusnya aku dapat menyelamatkan rumah ini,” lanjut Tiara dalam hati
            Perlahan Tiara menuju sebuah bangku berwarna merah bata dengan ukiran kayu di pinggirannya. Ia mulai duduk disana dan menatap ke arah kertas yang ia baca. Kemudian, dengan sedikit mengkerutkan dahi dan menyipitkan matanya, Tiara mulai membaca tulisan dari kertas itu. Beberapa detik, ia masih kebingungan untuk membacanya. Karena di pojok atas kertas tersebut sedikit terbakar.
            “Apa maksud tulisan nenek ini?,” gumam Tiara dalam hati
            Berwarna biru tua di bawah pohon searah jarum jam
            Gantungan kunci berbentuk hati berwarna merah hati
            Malaikat hitam
            “Malaikat hitam?,” ucap Tiara
            Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki masuk ke arah Tiara duduk.
            “Tiara...., apa kau disini,? Seru Rita dari luar
            “Siapa ?” seru Tiara
            “Kau lupa dengan temanmu yang cantik ini?” ucap Rita sambil masuk rumah dan duduk di samping Tiara.
            “Rita ! bagaimana kau tahu aku pulang ? aku sangat merindukanmu,” jawab Tiara sambil mulai memeluk Rita
            Sejak duduk di sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, mereka berdua selalu bersama. Rumah Rita yang bersebelahan dengan rumah Tiara membuat mereka akrab sejak kecil.
            “Aku turut berduka,” ucap Rita dengan lirih
            “Terimakasih Rita, tapi rumahmu juga terbakar kan ?, kita sama – sama bernasib malang,” jawab Tiara dengan senyum simpul.
            Selama kurang lebih satu jam mereka bercakap – cakap di ruangan itu. Saat itu, Tiara juga menceritakan tentang kertas yang ditulis neneknya sebelum meninggal. Ia mengajak Rita untuk menyelidiki arti tulisan neneknya itu. Rita pun menyetujui dan bejanji akan membantu Tiara dengan sepenuh hati.
            Malam itu, karena rumah Tiara masih berantakan dan belum dibersihkan. Maka ia memutuskan untuk menginap di rumah Rita yang hanya sedikit bagian yang termakan api.
            Keesokan harinya Tiara memutuskan untuk membersihkan rumah dan memperbaiki setiap bagian rumah yang termakan api. Memang tidak mudah dan cepat. Ia menghabiskan waktu selama tujuh hari untuk itu.
            Di hari ketiga saat ia membersihkan rumah bersama Rita, tiba – tiba datang seorang pria bermata sedikit sipit dengan kulit sawo matang yang berpakaian lengkap dengan kemeja berwarna merah bata.
            “Permisi,” seru pria berkemeja merah bata itu dari luar
            “iya, maaf cari siapa ya ?, “ tanya Tiara sambil membawa sapu di tangan kanannya
            “Saya mencari pemilik rumah ini,” jawab Pria tersebut
            “Iya saya sendiri, ada perlu apa ya? Mari masuk,” ucap Tiara dengan menyunggingkan senyum simpulnya
            Kurang lebih selama dua jam mereka berbincang di ruangan tersebut.  Selama perbincangan dimulai, wajah Tiara yang semula ramah mulai menjadi masam. Ia baru tahu bahwa tanah dan rumah yang sedang ia bersihkan ini akan segera di gusur dan dijadikan sebagai PLTU area parkir PLTU tepatnya, Tiara selalu tertawa getir dalam hati saat membayangkan rumah yang telah membesarkannya akan diubah menjadi area parkir mobil orang-orang gendut.
            “Baiklah, saya permisi pulang. Lebih baik anda memikirkannya kembali dengan baik.  Minggu kemarin, sebelum kejadian kebakaran itu menimpa rumah ini, saya sempat bertemu dengan nenek anda,” ucap pria tersebut sembari keluar dari pintu rumah Tiara.
            “Apakah dia malaikat hitam itu,” ucap Tiara dalam hati
            Selama seminggu, akhirnya rumah pun selesai diperbaiki oleh Tiara dan Rita, dengan bantuan beberapa penduduk sekitar pula. Namun, meskipun rumah telah selesai diperbaiki, pikiran Tiara belum juga tenang. Ia masih memikirkan tentang ucapan pria itu, bahwa tanah dan rumahnya akan digusur untuk PLTU. Meskipun akan diberikan uang ganti untung, namun Tiara masih belum ikhlas jika rumah yang dibangun ayahnya sejak dulu akan digusur dan dibuat proyek PLTU. Kemudian dengan bantuan Rita, ia pergi ke rumah – rumah penduduk yang terkena proyek PLTU itu pula, ia berusaha membujuk masyarakat agar menolak proyek tersebut, karena menurutnya, proyek itu selain memakan tempat tinggal juga akan menimbulkan polusi udara yang akan mengancam kesehatan.
            “Ibu, apakah ibu yakin mau mengikhlaskan rumah dan tanah ibu ini untuk kepentingan proyek PLTU ?,” ucap Tiara yang didampingi oleh Rita disebelahnya.
            “Sebenarnya, Ibu tidak yakin, tapi mau bagaimana lagi, memang ini sudah keputusannya. Sudahlah nak, sebaiknya kau menyetujuinya juga, kita hanya rakyat kecil, tak mungkin dapat menolak apa yang telah ditetapkan pemerintah,” jawab Ibu tersebut dengan meletakkan tangan kananya di pundak Tiara
            “Tapi, ini tidak adil Bu, seharusnya pembangunan PLTU tidak di kawasan padat penduduk seperti ini,” seru Tiara dengan mengkerutkan dahinya.
            Perbincangan di rumah salah satu penduduk itupun berakhir dengan kekecewaan di hati Tiara. Ternyata semua penduduk yang ia datangi, tidak mau menolak pembangunan proyek PLTU tersebut. Bahkan kebanyakan dari mereka mengusir Tiara dengan halus.
            “Aku tak mengerti, kenapa mereka menerima dengan mudah proyek PLTU itu Rit?, aku harus menemukan cara agar mereka menolak proyek tersebut,” ucap Tiara kepada Rita dengan nada meninggi.
            Keesokan harinya, Tiara didatangi Pria itu lagi, namun Tiara masih bersikeras tidak mau menyetujuinya. Selama tiga hari berturut – turut pria tersebut selalu mengunjungi Tiara. Namun Tiara tetap bersikeras menolak pembangunan PLTU tersebut.
Kemudian, keesokan harinya, saat Tiara sedang membersihkan dapur, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Lalu Tiara pun bergegas untuk segera membuka pintu
“Surya ?,” Seru Tiara
“Kau masih mengingatku ?” jawab Surya dengan mata yang berbinar
“Tentu saja, mari masuk,” jawab Tiara sambil mempersilakan Surya duduk di ruang tamunya.
Surya merupakan mantan kekasih Tiara saat Tiara masih duduk di bangku SMA, namun karena tidak disetujui oleh orang tua Surya, membuat hubungan mereka harus berakhir di tengah jalan.
“Aku tahu, kau sedang dirundung masalah, tentang pembangunan proyek PLTU itu,” ucap Surya.
“Kau tahu itu ? kuharap kau mau membantuku,” jawab Tiara
“Entahlah, aku masih ragu tentang keberhasilannya, tapi aku berjanji akan membantumu,”
Dalam perbincangan tersebut Tiara menceritakan tentang tulisan neneknya sebelum meninggal. Ia berharap bahwa Surya dapat membantunya untuk mengungkap arti tulisan neneknya itu. Surya pun menyetujuinya.
“Asal kau tahu, sampai detik ini pun aku masih mengharapkan sosokmu untuk selalu berada di dekatku, senja yang bergulir bersama kita masa itu tak akan terlupa dalam puluhan menit, jam bahkan abad sekalipun,”
Selama beberapa hari terakhir, Surya dan Rita sering datang kerumah Tiara untuk membantu Tiara dalam mengungkap arti tulisan neneknya, juga membantu dalam hal membuat masyarakat menolak pembangunan PLTU itu.
Suatu malam saat Tiara membersihkan ruang tamu, tiba – tiba saja ia menemukan gantungan kunci berbentuk hati berwarna merah muda di bawah kursi. Ia kemudian meminta Surya untuk mengambil kertas yang ada tulisan neneknya itu.
“Aku menemukan gantungan yang diceritakan nenekku itu,” ucap Tiara
“Apa kau yakin, ini gantungannya?” jawab Surya
“Iya, tentu saja. Aku tak punya gantungan kunci seperti ini sebelumnya,” ucap Tiara
Kemudian mereka bertiga pun terdiam sejenak. Selang beberapa detik. Tiba – tiba datang pria yang berkemeja merah bata itu lagi. Ia tak hanya sendirian. Disini ia membawa dua orang temannya yang berbadan besar dan kekar.
“Apa yang ingin kau lakukan ? Sudah kubilang aku tak mau memberikan tanah ini untuk proyek itu,” seru Tiara
Tanpa berkata apapun, pria berkemeja merah bata dan dua orang temannya itu pun langsung membawa Tiara ke sebuah mobil. Tiara mencoba meronta – ronta, namun semuanya sia – sia. Pandangan Tiara pun tertuju pada kedua temannya yang berdiri di belakangnya, namun Tiara pun tersentak kaget. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat saat itu terhadap dua temannya. Tangannya gemetar. Wajahnya menjadi pucat. Tangannya mulai dingin. Tiba – tiba, sebuah sapu tangan basah telah membuatnya pingsan dan tak mengingat apa – apa lagi.
Beberapa saat kemudian, Tiara tiba – tiba berada di suatu ruangan. Iamendengar sebuahpercakapan di balik pintu. Namun di telinganya ia masih mendengar samar – samar perbincangan dua orang pria di dekatnya itu.
“Sekarang?”
“Kumohon jangan sekarang, biarkan aku berbicara dengannya sebentar,”
Kemudian masuklah seorang pria dari luar. Pandangan Tiara masih samar – samar, namun ia sadar bahwa itu merupakan suara Surya. Ia pun membuka matanya lebar – lebar dan memberikan wajah penuh amarah pada Surya. Saat itu, Surya tengah memakai kemeja berwarna biru tua. Seketika Tiara pun makin marah dan ingin sekali memaki Surya dengan sekeras – kerasnya.
“Kau !!, kau malaikat hitam !!,” teriak Tiara dengan nada tinggi
“Anggap saja aku, anggap aku yang salah, asal kau tahu Rita adalah kekasihku sekarang. Tepatnya saat di perguruan tinggi. Aku mencintainya,” urai Surya
“Aku tak memintamu menceritakan itu semua ! Kau pengkhianat !,” teriak Tiara
“Maafkan aku,” jawab Surya kemudian mulai pergi dari ruangan
Belum sempat Tiara berucap tiba – tiba saja asap hitam mulai menjalar di seluruh ruangan. Api pun mulai masuk di ruangan Tiara dan memakan seluruh ruangan.


             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar