Pages

Minggu, 30 November 2014

Ulasan Kumpulan Puisi "Aku ini binatang Jalang"



Judul                           : Aku Ini Binatang jalang
Pengarang                   : Chairil Anwar
Penerbit                      : PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia Building Blok I, Lt. 5 Jl. Palmerah Barat 29 – 37, Jakarta 10270
ISBN                           : 978-979-22-7277-2

           
Buku kumpulan puisi berjudul “Aku ini Binatang Jalang” yang dikarang oleh Chairil Anwar ini merupakan kumpulan puisi sejak tahun 1942 sampai tahun 1949 dengan 80 puisi beserta 2 puisi saduran . Pada tahun 1942, Chairil Anwar memulai dengan puisinya yang berjudul “Nisan” dan yang terakhir pada tahun 1949, Chairil Anwar mengakhiri buku kumpulan puisinya dengan puisi yang berjudul “Aku Berada Kembali.” Namun adapula catatan kecil dari editor yang terdapat pada halaman ix, di halaman tersebut editor  mengulas tentang berbagai karya Chairil Anwar yang memiliki banyak versi. Puisi – puisi yang memiliki banyak versi tersebut antara lain dalam puisi berjudul “Aku” dan “Sajak Putih.”
Dalam menyusun buku ini, editor berpatokan pada sistematika Jassin, yaitu puisi – puisinya disusun secara kronologis. Selain itu, dalam buku ini editor juga menambahkan dua buah sajak saduran yang ada pada halaman 107 – 108 dan juga memuat surat – surat pendek Chairil kepada Jassin yang dimuat secara lengkap pada halaman 111 yang inti dari surat-suratnya adalah kemauan Chairil untuk totalitas dalam berkarya sebagai seniman.  Kemudian buku ini ditutup dengan bibliografi mengenai Chairil Anwar dan karyanya serta biografi Chairil Anwar.
Setiap karya Chairil Anwar yang terdapat pada buku ini, kebanyakan pada setiap puisinya menggambarkan tentang kehidupannya. Hal tersebut dapat terlihat pada puisi berjudul “Sajak Putih” dan “Mirat Muda, Chairil Muda.” Dalam kedua puisi tersebut mengisahkan tentang kisah cinta Chairil dengan Mirat, tunangannya. Misalnya pada puisi yang berjudul “Sajak Putih” menggambarkan gelora hati ‘Aku’ terhadap seorang gadis yang mencuri hatinya dengan keindahan sore yang berpelangi. Begitu indah, menyenangkan namun juga mencemaskan karena akan berakhir senja yang sepi dan gelap. Perasaan cinta dalam sajak putih Chairil Anwar ini juga disembunyikan dalam kiasan indah. Bagaimana Chairil mengilustrasikan keindahan cinta dengan kembang mawar yang diharapkan bertemu dengan ketulusan hati si gadis yang diilustrasikan dengan melati. Sangat indah dan menarik mencari dan menafsirkan teka-teki romantika cinta di balik puisi sajak putih Chairil Anwar ini.
Secara umum, ciri khas dari keseluruhan puisi karya Chairil Anwar ini, tampak pada kata – kata yang merangkai puisi tersebut. Kata – kata yang digunakan umumnya kata – kata yang lugas, tidak bertele – tele, dan dekat dengan bahasa lisan serta dapat menimbulkan imajinasi. Contoh kata – kata yang lugas, tidak bertele – tele dan dekat dengan bahasa lisan misalnya adalah pada puisi yang berjudul “Kesabaran.” Dalam puisi tersebut Chairil Anwar memilih kata – kata ‘ngomong’ dan ‘ngonggong’ pada bait kedua. Jika dilihat dalam segi struktur kata, ‘ngomong’ dan ‘ngonggong’ merupakan kata – kata yang berstruktur tidak beraturan. Seperti kata ‘ngonggong’ biasanya menggunakan kata ‘menggonggong.’ Namun disini Chairil menggunakan kata ‘ngonggong.’ Secara eksplisit kata tersebut termasuk kata lugas dan merupakan kata yang terdapat dalam bahasa lisan, yakni kata yang sering diucapkan namun jarang dituliskan. Selain itu kata ‘nggonggong’ dipilih sebagai kata yang memiliki unsur orisinalitas atau private symbol sehingga menghasilkan poetic power. Atau dapat dikatakan bahwa kata tersebut memiliki nilai rasa yang lebih baik dalam hal pengucapan puisi tersebut.
Disamping kata – katanya yang lugas dan dekat dengan bahasa lisan. Kata – kata yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam setiap puisinya juga dapat menimbulkan imajinasi – imajinasi bagi setiap pembacanya. Hal tersebut misalnya dapat terlihat pada puisi yang berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil.” Dalam puisi tersebut Chairil menyebutkan kata senja yang berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang dan malam, tanpa hiruk pikuk orang bekerja. Selain itu, kata gudang, rumah tua, kapal dan perahu juga secara langsung dapat menghidupkan imajinasi pembaca. Pembaca dapat membayangkan dirinya ada di antara gudang maupun rumah tua serta membayangkan bahwa pembaca melihat adanya kapal dan perahu yang terdampar di tepi pantai.
Selain memiliki ciri khas pada kata – katanya yang lugas dan dapat menimbulkan imajinasi. Chairil Anwar juga memiliki ciri, bahwa pada setiap puisinya tidak mengandung unsur cengeng. jika puisi tersebut berkisah tentang kesedihan. Ia akan mengungkapkan rasa sedih tersebut dengan berani dan jujur. Dimana menunjukkan adanya ketegaran dan keikhlasan yang jantan. Hal tersebut dapat dilihat misalnya pada puisinya yang berjudul “Penerimaan.” Dalam puisi tersebut Chairil Anwar secara sekaligus ingin menunjukkan kesedihan, kegembiraan, ketulusan, ketegaran, keberanian serta kejujuran. Dan makna dari puisi tersebut adalah bahwa Chairil dapat menerima kembali mantan kekasihnya yang telah meninggalkannya. Meskipun mantan kekasihnya tersebut bukan seperti yang dulu. Namun dalam penerimaan tersebut, Chairil juga menunjukkan keberanian dan kejujurannya yang dapat terlihat pada kalimat jangan tunduk Tantang aku dengan berani, kalau kau mau kuterima kau kembali, untukku sendiri tapi . di kalimat tersebut Chairil menyebutkan bahwa ia mau menerima kekasihnya kembali namun ia tak mau jika hati kekasihnya harus berbagi. Karena ia ingin cinta dari kekasihnya itu hanya ditujukan kepadanya.  Jadi dalam puisi “Penerimaan” Chairil Anwar menunjukkan tentang kesedihan dan ketegaran Charil karena pengkhianatan cinta. Namun ia bahagia karena kekasihnya kembali. Dan ketulusan atau keikhlasan Chairil untuk menerima kembali kekasihnya. Serta keberanian dan ketulusan Chairil untuk menyatakan bahwa cintanya tidak untuk dibagi.
Meski kebanyakan puisinya selalu bercirikan menggunakan bahasa yang lugas dan keberanian untuk mengungkapkan segala sesuatu. Namun sebenarnya dibalik semua itu, tersimpan pesan yang mendalam dengan kejujuran yang berani diungkapkan secara gamblang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar