Pentingnya Penerapan Pembelajaran Multiliterasi
dalam Memenuhi Tuntutan zaman dan Tantangan Pendidikan
ABSTRAK
Tuntutan
jaman dan tantangan pendidikan dewasa ini sangatlah kompleks. Hal ini dapat
dilihat sebagai contohnya negara Indonesia yang semakin hari semakin tertinggal
oleh negara asing. Hal ini tentunya dapat membuat eksistensi negara Indonesia
turun di mata negara lain. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu terobosan yang
dapat memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan ini. Salah satunya
adalah dengan menerapkan pembelajaran multiliterasi. Pembelajaran multiliterasi
merupakan pembelajaran yang berfokus pada pengoptimalan terhadap segala aspek
belajar. Dalam pembelajaran multiliterasi ini pula memfokuskan pada
pengembangan kemampuan peserta didik, bukan pada pencapaian kompetensi.
Sehingga pendidik lebih dapat menghargai perbedaan setiap individu dan percaya
bahwa setiap individu dilahirkan istimewa, yakni memiliki kekurangan dan
kelebihan masing – masing. Perbedaan ini sebagai contohnya adalah dalam gaya
belajar, bakat, minat, dan lain sebagainya. Penghargaan oleh pendidik ini
wujudnya dapat berupa penerapan model maupun media yang dapat menunjang
keseluruhan perbedaan setiap siswa ini. jadi tidak hanya berpatokan pada model,
teknik, metode maupun media yang monoton atau tidak bervariasi. Karena
kemonotonan ini dapat mengakibatkan beberapa siswa menjadi tidak dapat
mengembangkan potensinya. Sejatinya, dengan adanya pembelajaran multiliterasi
ini diyakini akan dapat memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan.
Sehingga setiap individu dapat mempertahankan eksistensinya dalam suatu
masyarakat, bahkan dapat mempertahankan eksistensi negaranya. Selain itu,
penerapan pembelajaran multiliterasi ini pula dapat membentuk individu yang multitasking / multitalent.
Kata
Kunci : Pembelajaran, multiliterasi, eksistensi, pendidikan
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan seorang
individu. Maka dari itu, pendidikan akan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan jaman ataupun sebaliknya. Dapat diartikan bahwa keduanya dijadikan sebagai dua objek yang
memiliki kedudukan yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Kedua
komponen ini, yaitu pendidikan dan perkembangan jaman tentunya dapat menjadi
sebuah tantangan atau tuntutan tersendiri bagi setiap individu. Karena kedua
komponen ini mempengaruhi eksistensi kehidupan seorang individu dalam suatu
masyarakat. oleh karena itu, seorang individu harus mampu memenuhi tuntutan
perkembangan jaman dan tantangan pendidikan untuk dapat mempertahankan
eksistensinya dalam suatu masyarakat.
Dalam mencapai tantangan
pendidikan dan tuntutan jaman ini diperlukan suatu media untuk mencapainya yang wujudnya dapat
berupa pembelajaran ( kegiatan belajar mengajar ). Penerapan pembelajaran yang
tepat tentunya diharapkan dapat mempengaruhi atau memenuhi tantangan pendidikan
dan tuntutan jaman. Maka dari itu, penerapan pembelajaran ini harus didasari
oleh pengetahuan mengenai tantangan pendidikan dan tuntutan jaman yang sekarang
ini sedang berkembang. Tantangan pendidikan yang sekarang terjadi khususnya di
Indonesia adalah pendidikan di negara lain yang jauh lebih maju dibandingkan di
Indonesia, sebagai contohnya adalah kualitas pendidikan di negara Singapura
dirasa lebih maju dibanding Indonesia dilihat dari sudut pandang produk
lulusannya serta fasilitas yang dimiliki pun lebih lengkap dibandingkan di
Indonesia. Sedangkan dalam hal tuntutan jaman ini terlihat dalam hal semakin
kompleksnya kebutuhan individu dan juga lingkungan yang ditempati oleh individu
tersebut. Maka dari itu, seorang individu perlu memenuhi tantangan pendidikan dan
tuntutan jaman tersebut demi mempertahankan eksistensinya dalam suatu
masyarakat, atau secara globalnya jika dipandang sebagai tujuan bersama hal ini
berkaitan dengan mempertahankan eksistensi suatu negara dengan negara – negara
lainnya.
Tantangan pendidikan dan
tuntutan jaman tersebut salah satunya dapat terpenuhi dengan penerapan
pembelajaran berbasis multikulturasi. Pembelajaran multikulturasi ini merupakan
suatu pembelajaran yang menitiberatkan pada keberagaman media, keberagaman
budaya, keberagaman konteks keilmuan, keberagaman kecerdasan, keberagaman gaya
belajar, dan keberagaman modal dan modus belajar. Jadi, dalam pembelajaran
multiliterasi ini lebih memfokuskan pada pengoptimalan setiap aspek belajar.
Maka dapat diartikan dalam pembelajaran multiliterasi ini bertujuan untuk
mewujudkan produk yang multitasking.
Selain itu, pembelajaran multiliterasi ini juga menitiberatkan pada penerimaan
terhadap perbedaan setiap individunya. Setiap individu memiliki kecerdasan
masing – masing yang pastinya tidak sama satu sama lain serta gaya belajar yang
berbeda. Jadi setiap individu dapat diartikan sebagai sesuatu yang istimewa,
tidak ada individu yang paling unggul karena sistem penilaian pun didasarkan
atas beberapa aspek.
Penerapan pembelajaran
multiliterasi ini dirasa dapat memenuhi tantangan pendidikan dan tuntutan jaman
dewasa ini yang secara keseluruhan dapat membantu seorang individu dalam
mempertahankan eksistensinya dalam suatu masyarakat. Maka dari itu,
pembelajaran multiliterasi ini dirasa sangat penting untuk diterapkan dalam
pembelajaran baik formal maupun informal.
PEMBAHASAN
Dalam memenuhi tuntutan jaman
dan tantangan pendidikan ini diperlukan pembelajaran multiliterasi untuk setiap
individu sebagai penerus bangsa yang dapat membantunya dalam mempertahankan
eksistensi dalam suatu masyarakat maupun dalam dunia internasional sekalipun.
Sebelum membahas mengenai pentingnya pembelajaran multiliterasi dalam memenuhi
tuntutan jaman dan tantangan pendidikan ini, harus diketahui terlebih dahulu
mengenai akar dari pembelajaran dan multiliterasi itu sendiri. Pembelajaran
secara umum dapat diuraikan sebagai upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus
pada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik
dapat dapat belajar dengan efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( 2007 : 17 ) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar
yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau
diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau mahluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy ( dalam
Pringgawidagda, 2002 : 20 ), pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang
relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang – ulang. Pembelajaran
memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. subjek
belajar tersebut adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat
kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari,
menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu
masalah. Brown ( 2007 : 8 ) memerinci karakteristik pembelajaran sebagai
berikut.
1.
Belajar
adalah menguasai atau memperoleh
2.
Belajar
adalah mengingat – ingat informasi atau keterampilan
3.
Proses
mengingat – ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori, dan organisasi
kognitif
4.
Belajar
melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut peristiwa – peristiwa di
luar serta di dalam organisme
5.
Belajar
itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa
6.
Belajar
melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang ditopang dengan
imbalan dan hukum
7.
Belajar
adalah suatu perubahan dalam perilaku.
Pembelajaran
secara singkatnya sebagai suatu proses belajar yang berulang – ulang dan
menyebabkan adanya perubahan perilaku yang didasari dan cenderung bersifat
tetap. Sedangkan istilah multiliterasi merupakan sebagai bagian akhir perkembangan
konsep literasi ( Bill Cope dan Mary Kalantzis ). Istilah literasi sendiri pada
dasarnya sering mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan
jaman. Menurut Freire ( 2005 ), literasi didefinisikan sebagai konstruksi
sosial dan tidak pernah netral. Kemudian literasi dikatakan pula sebagai proses
yang kompleks yang melibatkan pembangunan pengetahuan sebelumnya, budaya, dan
pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih dalam.
Perubahan istilah dari
literasi menjadi multiliterasi ini pada dasarnya memiliki beberapa alasan.
Alasan pertama yang melandari pengubahan istilah ini adalah bahwa literasi
merupakan desain transformatif yang sangat penting. Literasi merupakan upaya
pengungkapan makna yang terdapat dalam gambaran desain makna yang telah ada dan
upaya menghasilkan makna dengan jalan menambah sesuatu sebagai hasil pemikiran
kita sendiri pada desain yang telah ada tersebut sehingga desain transformatif
yang dihasilkan mampu memberikan konstribusi terhadap perubahan dunia. Oleh
sebabitu, terhadap nosi pembelajaran literasi yang telah muncul sebelumnya
harus ditambahkan agensi makna yang bersifat hibrid juga merupakan pertimbangan
lain yang harus dipertimbangkan dalam menambah agensi atau desain pada konsep
pembelajaran literasi tradisional. Alasan kedua, literasi dalam kondisi
alamiahnya sudah bersifat multimodal, sifat kemultimodal ini menjadi sangat
penting dalam konteks lingkungan komunikasi saat ini, sebab literasi terbentang
dari layar komputer multimedia hingga supermarket, yang semakin menunjukkan
bahwa teks telah disajikan secara beragam dan dinamis dalam bentuk suara,
visual, spasial, maupun gestur. Di sisi lain, globalisasi dan keberagaman lokal
secara seimbang dan progresif juga telah menstransfer makna jauh dari hanya
aspek bahasa. Sejalan dengan kenyataan tersebut, pembelajaran literasi harus
ditingkatkan menjadi pembelajaran yang bersifat interdisipliner sehingga batas
– batas literasi dengan seni, drama, dan musik menjadi tidak jelas
didefinisikan. Ketiga, desain membahasa telah melahirkan variasi bentuk makna
dalam hubungannya dengan variasi fungsi makna. Tata bahasa telah digunakan
dalam bentuk yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Tata bahasa sendiri tidak
dapat hanya ditafsirkan sebagai aturan bahasa tulis melainkan lebih luas
sebagai aturan penggunaan bahasa dalam lingkup yang sangat luas dengan
melibatkan media penyampai makna yang sangat bervariasi. Dengan demikian,
hampir tidak ada tata bahasa yang dapat ditafsirkan secara jelas kebenaran dan
kesalahannya. Penafsiran makna tata bahasa yang luas ini sangat bergantung pada
usia, gender, wilayah, latar belakang etnis, kelas sosial, pekerjaan, dan lain
sebagainya. Inilah tiga argumentasi penggagas munculnya istilah multiliterasi.
Baguley, Pullen, dan Short (
2010 ) memandang multiliterasi sebagai cara untuk memahami secara luas kurikulum
literasi yang dipelajari di sekolah formal yang mendorong siswa agar mampu
berpartisipasi secara produktif di dalam komunitas masyarakat. Secara
konseptual multiliterasi merupakan sebuah ancangan yang dapat digunakan untuk
memahami beragam jenis teks dan beragam bentuk media yang dihasilkan sebagai
teknologi baru melalui konsep paedagogik yang memberikan guru peluang untuk
menyajikan informasi kepada siswa dengan menggunakan beragam bentuk teks dan
media. The New London Group ( 2005 ) menyatakan bahwa paedagogik multiliterasi
dibangun oleh empat komponen atau proses pengetahuan yakni situasi praktis,
pembelajaran yang jelas, bingkai kritis dan transformasi praktis. Jika ditinjau
dalam sebuah pembelajaran, pembelajaran multiliterasi dilaksanakan berdasarkan
kondisi awal siswa, bukan berdasarkan apa yang harus dicapai oleh siswa. guru
harus memahami bahwa setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda,
pengetahuan awal yang beragam, kelebihan dan minat yang beraneka, dan cara
mendapatkan pengetahuan yang bervariasi. Berdasarkan pemahaman atas beberapa
hal tersebut, guru harus menciptakan peluang bagi seluruh siswa untuk belajar,
mendapatkan target belajar yang tinggi secara mandiri, dan bekerja secara
cerdas untuk memecahkan tantangan, bekerja keras baik secara mandiri maupun
berkelompok, mencapai prestasi melampaui apa yang siswa bisa, dan percaya bahwa
belajar memerlukan tantangan, risiko, dan hambatan tersendiri ( Tomlinson, 2000
: 2 ).
Pembelajaran multiliterasi
merupakan pembelajaran yang memang dikembangkan dengan berbasis ilmiah. Oleh
sebab itu, salah satu komponen dalam pembelajaran multiliterasi adalah siklus
belajar atau siklus pembentukan makna. Siklus ini merupakan perpaduan bagi
keterlaksanaan pembelajaran multiliterasi di dalam kelas. Dengan kata lain,
siklus inilah yang menggambarkan tahapan – tahapan pembelajaran multiliterasi
secara umum yang dijiwai oleh pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. siklus
pembelajaran multiliterasi tersebut secara umum diperinci sebagai berikut.
1.
Melibatkan
Pada
tahap ini guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran melalui pembangkitan
skemata atau pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. kegiatan selanjutnya
adalah siswa diajak untuk menghubungkan topik yang akan dibahas dengan diri
siswa dengan tujuan agar siswa merasa mempelajari topik tersebut penting bagi
dirinya. Kegiatan ketiga yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa dibawah
bimbingan guru membuat berbagai pertanyaan yang bersifat esensial yang akan
dicari jawabannya melalui berbagai kerja inkuiri kritis pada tahap selanjutnya.
Guna mempersiapkan siswa mengikuti langkah – langkah selanjutnya guru juga
harus memaparkan aktivitas belajar yang akan siswa lakukan sekaligus memaparkan
capaian aktivitas apa yang harus siswa hasilkan pada setiap tahapan aktivitas
beajar tersebut.
2.
Merespon
Pada
tahapan ini siswa secara individu merespon seluruh tantangan belajar yang
diberikan guru. Siswa secara aktif mulai melakukan berbagai penyelidikan,
observasi, ataupun kegiatan penelitian sederhana yang berhubungan dengan
pertanyaan yang telah dibuatnya pada tahap pertama. Dalam tahapan ini, siswa
bisa saja menggunakan perpustakaan, lingkungan sekolah, atau media pembelajaran
yang telah disediakan guru dalam rangka membuat jawaban sementara terhadap
pertanyaan yang dibuatnya.
3.
Elaborasi
Pada
tahap ini siswa mengelaborasikan berbagai temuan individu dengan teman dalam
kelompoknya. Bertemali dengan kegiatan elaborasi ini, pembelajaran
multiliterasi bisa dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Proses elaborasi harus sampai menghasilkan ide – ide bersama yang dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Hasil kegiatan elaborasi ini
dituangkan dalam laporan kelompok yang juga harus dimiliki oleh seluruh anggota
kelompok.
4.
Meninjau Ulang
Pada
tahap ini, draf ;aporan kelompok ditinjau ulang kebenarannya. Proses peninjauan
ulang dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap data individu, pengecekan keabsahan sumber, dan
pengecekan keakuratan hasil. Jika seluruh isi telah diyakini ketepatannya,
selanjutnya kelompok menunjuk perwakilan untuk memaparkan hasil kerja dan siswa
lain dipersiapkan sebagai pencatat hasil diskusi kelas, perevisi hasil atas
masukan kelas, dan juga tim yang bertugas mempertahankan atau mempertanggung
jawabkan isi laporan.
5.
Mempresentasikan
Pada
tahap ini perwakilan kelompok memaparkan hasil kerjanya di depan kelas.
pemaparan ini dilanjutkan diskusi kelas dan diakhiri dengan kegiatan
peninjauan, penguatan dan pengembangan materi dari guru.
Dari pemaoaran mengenai
langkah – langkah pembelajaran multiliterasi di atas, dapat diuraikan tujuannya
adalah untuk mengembangkan kemampuan setiap individu secara menyeluruh dengan
memaksimalkan segala situasi maupun media yang ada. Pembelajaran multiliterasi
ini sejatinya memiliki keutamaan dalam hal mewujudkan individu yang
multiliterasi / multitasking. Sehingga individu tersebut pada akhirnya akan
dapat bersaing di kancah internasional dan tentunya dapat mempertahankan
eksistensinya dalam masyarakat. Karena dalam segala tuntutan jaman dan
tantangan pendidikan saat ini sangat diperlukan pembelajaran yang tidak hanya
bertujuan untuk mencapai suatu kompetensi saja, tetapi lebih memfokuskan pada
pengembangan kemampuan setiap individunya. Hal ini tentunya sejalan dengan
pandangan teori belajar humanistik yang berpandangan bahwa setiap individu
adalah istimewa dan memiliki karakteristik masing – masing begitu pula dengan
kekurangan dan kelebihan masing – masing. Setiap individu tidak dapat disamaratakan
kemampuannya. Dengan memandang bahwa setiap individu itu istimewa dan memiliki
kemampuan masing – masing yang berbeda satu sama lain. Maka sudah pasti, hal
ini dapat membangun rasa percaya diri individu terhadap kemampuannya.
Rasa percaya diri yang
dimiliki oleh setiap individu ini dapat berdampak pada proses belajar yang akan
berjalan lancar dan secara menyeluruh dapat memenuhi tuntutan jaman dan
tantangan pendidikan yang saat ini semakin kompleks. Tantangan pendidikan saat
ini lebih berfokus pada pendidikan di luar negeri yang dinilai cukup unggul
dibanding dengan pendidikan di Indonesia. hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
suatu negara untuk menghasilkan generasi muda yang dapat bersaing di kancah
internasional. Sedangkan untuk tuntutan jaman sendiri, tak lain berhubungan
pula dengan pendidikan. dalam tuntutan jaman saat ini, karena banyaknya
banyaknya pendidikan yang lebih unggul di luar negeri, maka di luar negeri pun
akan lebih cepat dalam menemukan suatu teknologi terbaru dan segala hal penemuan
terbaru yang sifatnya adalah untuk kemajuan negara. Hal ini tentunya dapat
menjadikan Indonesia menjadi tertinggal dari negara – negara lainnya.
ketertinggalan ini jika ditersukan pastinya akan berdampak pada mudahnya negara
– negara asing yang menduduki Indonesia. Maka dari itu, pembelajaran
multiliterasi ini dirasa sangat penting untuk diterapkan dalam memenuhi segala
tuntutan jaman dan tantangan pendidikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Pembelajaran multiliterasi merupakan pembelajaran yang
memfokuskan pada pemaksimalan setiap aspek belajar. pembelajaran multiliterasi
dilaksanakan berdasarkan kondisi awal siswa, bukan berdasarkan apa yang harus
dicapai oleh siswa. guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki kecepatan
belajar yang berbeda, pengetahuan awal yang beragam, kelebihan dan minat yang
beraneka, dan cara mendapatkan pengetahuan yang bervariasi. Berdasarkan
pemahaman atas beberapa hal tersebut, guru harus menciptakan peluang bagi
seluruh siswa untuk belajar, mendapatkan target belajar yang tinggi secara
mandiri, dan bekerja secara cerdas untuk memecahkan tantangan, bekerja keras
baik secara mandiri maupun berkelompok, mencapai prestasi melampaui apa yang
siswa bisa, dan percaya bahwa belajar memerlukan tantangan, risiko, dan
hambatan tersendiri. Tujuan dari pembelajaran multiliterasi ini adalah untuk
untuk mengembangkan kemampuan setiap individu secara menyeluruh dengan
memaksimalkan segala situasi maupun media yang ada. Pembelajaran multiliterasi
ini sejatinya memiliki keutamaan dalam hal mewujudkan individu yang
multiliterasi / multitasking.
Secara umum, penerapan pembelajaran multiliterasi ini
dirasa dapat memenuhi tuntutan jamna dan tantangan pendidikan yang saat ini
semakin kompleks. Tuntutan pendidikan dan tantangan jaman tersebut difokuskan
atau dilihat dari sudut pandang negara asing yang dinilai lebih unggul
dibandingkan dengan Indonesia. penerapan pembelajaran multiliterasai ini
sebagai media untuk menciptakan generasi muda yang tentunya dapat
mempertahankan eksistensinya dalam masyarakat dan dapat bersaing di kancah
internasional untuk mempertahankan eksistensi Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Mahdi, Adnan & Mujahidin. 2014. Panduan Penelitian Praktis untuk Menyusun :
Skripsi, Tesis, & Disertasi. Bandung : Alfabeta
Thorboni. 2015. Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media
Wiyani, Novan Ardy, M.Pd.I. 2014. Desain Pembelajaran Pendidikan.
Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Muhibbudin. Artikel Konseptual : Sistem Manajemen
Informasi Bidang Hubungan Masyarakat untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP
Muhammadiyah Tersono Batang. Pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar