Pages

Sabtu, 18 Juni 2016

Artikel Konseptual "Pentingnya Penerapan Pembelajaran Multiliterasi dalam Memenuhi Tuntutan Zaman dan Tantangan Pendidikan"


Pentingnya Penerapan Pembelajaran Multiliterasi
dalam Memenuhi Tuntutan zaman dan Tantangan Pendidikan

ABSTRAK
Tuntutan jaman dan tantangan pendidikan dewasa ini sangatlah kompleks. Hal ini dapat dilihat sebagai contohnya negara Indonesia yang semakin hari semakin tertinggal oleh negara asing. Hal ini tentunya dapat membuat eksistensi negara Indonesia turun di mata negara lain. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu terobosan yang dapat memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan ini. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran multiliterasi. Pembelajaran multiliterasi merupakan pembelajaran yang berfokus pada pengoptimalan terhadap segala aspek belajar. Dalam pembelajaran multiliterasi ini pula memfokuskan pada pengembangan kemampuan peserta didik, bukan pada pencapaian kompetensi. Sehingga pendidik lebih dapat menghargai perbedaan setiap individu dan percaya bahwa setiap individu dilahirkan istimewa, yakni memiliki kekurangan dan kelebihan masing – masing. Perbedaan ini sebagai contohnya adalah dalam gaya belajar, bakat, minat, dan lain sebagainya. Penghargaan oleh pendidik ini wujudnya dapat berupa penerapan model maupun media yang dapat menunjang keseluruhan perbedaan setiap siswa ini. jadi tidak hanya berpatokan pada model, teknik, metode maupun media yang monoton atau tidak bervariasi. Karena kemonotonan ini dapat mengakibatkan beberapa siswa menjadi tidak dapat mengembangkan potensinya. Sejatinya, dengan adanya pembelajaran multiliterasi ini diyakini akan dapat memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan. Sehingga setiap individu dapat mempertahankan eksistensinya dalam suatu masyarakat, bahkan dapat mempertahankan eksistensi negaranya. Selain itu, penerapan pembelajaran multiliterasi ini pula dapat membentuk individu yang multitasking / multitalent.
Kata Kunci : Pembelajaran, multiliterasi, eksistensi, pendidikan

PENDAHULUAN
                   Pendidikan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan seorang individu. Maka dari itu, pendidikan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan jaman ataupun sebaliknya. Dapat diartikan bahwa  keduanya dijadikan sebagai dua objek yang memiliki kedudukan yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Kedua komponen ini, yaitu pendidikan dan perkembangan jaman tentunya dapat menjadi sebuah tantangan atau tuntutan tersendiri bagi setiap individu. Karena kedua komponen ini mempengaruhi eksistensi kehidupan seorang individu dalam suatu masyarakat. oleh karena itu, seorang individu harus mampu memenuhi tuntutan perkembangan jaman dan tantangan pendidikan untuk dapat mempertahankan eksistensinya dalam suatu masyarakat.
                   Dalam mencapai tantangan pendidikan dan tuntutan jaman ini diperlukan suatu  media untuk mencapainya yang wujudnya dapat berupa pembelajaran ( kegiatan belajar mengajar ). Penerapan pembelajaran yang tepat tentunya diharapkan dapat mempengaruhi atau memenuhi tantangan pendidikan dan tuntutan jaman. Maka dari itu, penerapan pembelajaran ini harus didasari oleh pengetahuan mengenai tantangan pendidikan dan tuntutan jaman yang sekarang ini sedang berkembang. Tantangan pendidikan yang sekarang terjadi khususnya di Indonesia adalah pendidikan di negara lain yang jauh lebih maju dibandingkan di Indonesia, sebagai contohnya adalah kualitas pendidikan di negara Singapura dirasa lebih maju dibanding Indonesia dilihat dari sudut pandang produk lulusannya serta fasilitas yang dimiliki pun lebih lengkap dibandingkan di Indonesia. Sedangkan dalam hal tuntutan jaman ini terlihat dalam hal semakin kompleksnya kebutuhan individu dan juga lingkungan yang ditempati oleh individu tersebut. Maka dari itu, seorang individu perlu memenuhi tantangan pendidikan dan tuntutan jaman tersebut demi mempertahankan eksistensinya dalam suatu masyarakat, atau secara globalnya jika dipandang sebagai tujuan bersama hal ini berkaitan dengan mempertahankan eksistensi suatu negara dengan negara – negara lainnya.
                   Tantangan pendidikan dan tuntutan jaman tersebut salah satunya dapat terpenuhi dengan penerapan pembelajaran berbasis multikulturasi. Pembelajaran multikulturasi ini merupakan suatu pembelajaran yang menitiberatkan pada keberagaman media, keberagaman budaya, keberagaman konteks keilmuan, keberagaman kecerdasan, keberagaman gaya belajar, dan keberagaman modal dan modus belajar. Jadi, dalam pembelajaran multiliterasi ini lebih memfokuskan pada pengoptimalan setiap aspek belajar. Maka dapat diartikan dalam pembelajaran multiliterasi ini bertujuan untuk mewujudkan produk yang multitasking. Selain itu, pembelajaran multiliterasi ini juga menitiberatkan pada penerimaan terhadap perbedaan setiap individunya. Setiap individu memiliki kecerdasan masing – masing yang pastinya tidak sama satu sama lain serta gaya belajar yang berbeda. Jadi setiap individu dapat diartikan sebagai sesuatu yang istimewa, tidak ada individu yang paling unggul karena sistem penilaian pun didasarkan atas beberapa aspek.
                   Penerapan pembelajaran multiliterasi ini dirasa dapat memenuhi tantangan pendidikan dan tuntutan jaman dewasa ini yang secara keseluruhan dapat membantu seorang individu dalam mempertahankan eksistensinya dalam suatu masyarakat. Maka dari itu, pembelajaran multiliterasi ini dirasa sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran baik formal maupun informal.

PEMBAHASAN
                   Dalam memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan ini diperlukan pembelajaran multiliterasi untuk setiap individu sebagai penerus bangsa yang dapat membantunya dalam mempertahankan eksistensi dalam suatu masyarakat maupun dalam dunia internasional sekalipun. Sebelum membahas mengenai pentingnya pembelajaran multiliterasi dalam memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan ini, harus diketahui terlebih dahulu mengenai akar dari pembelajaran dan multiliterasi itu sendiri. Pembelajaran secara umum dapat diuraikan sebagai upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus pada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat dapat belajar dengan efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2007 : 17 ) mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy ( dalam Pringgawidagda, 2002 : 20 ), pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang – ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. subjek belajar tersebut adalah siswa atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah. Brown ( 2007 : 8 ) memerinci karakteristik pembelajaran sebagai berikut.
1.      Belajar adalah menguasai atau memperoleh
2.      Belajar adalah mengingat – ingat informasi atau keterampilan
3.      Proses mengingat – ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori, dan organisasi kognitif
4.      Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut peristiwa – peristiwa di luar serta di dalam organisme
5.      Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa
6.      Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang ditopang dengan imbalan dan hukum
7.      Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.
Pembelajaran secara singkatnya sebagai suatu proses belajar yang berulang – ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang didasari dan cenderung bersifat tetap. Sedangkan istilah multiliterasi  merupakan sebagai bagian akhir perkembangan konsep literasi ( Bill Cope dan Mary Kalantzis ). Istilah literasi sendiri pada dasarnya sering mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan jaman. Menurut Freire ( 2005 ), literasi didefinisikan sebagai konstruksi sosial dan tidak pernah netral. Kemudian literasi dikatakan pula sebagai proses yang kompleks yang melibatkan pembangunan pengetahuan sebelumnya, budaya, dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih dalam.  
                   Perubahan istilah dari literasi menjadi multiliterasi ini pada dasarnya memiliki beberapa alasan. Alasan pertama yang melandari pengubahan istilah ini adalah bahwa literasi merupakan desain transformatif yang sangat penting. Literasi merupakan upaya pengungkapan makna yang terdapat dalam gambaran desain makna yang telah ada dan upaya menghasilkan makna dengan jalan menambah sesuatu sebagai hasil pemikiran kita sendiri pada desain yang telah ada tersebut sehingga desain transformatif yang dihasilkan mampu memberikan konstribusi terhadap perubahan dunia. Oleh sebabitu, terhadap nosi pembelajaran literasi yang telah muncul sebelumnya harus ditambahkan agensi makna yang bersifat hibrid juga merupakan pertimbangan lain yang harus dipertimbangkan dalam menambah agensi atau desain pada konsep pembelajaran literasi tradisional. Alasan kedua, literasi dalam kondisi alamiahnya sudah bersifat multimodal, sifat kemultimodal ini menjadi sangat penting dalam konteks lingkungan komunikasi saat ini, sebab literasi terbentang dari layar komputer multimedia hingga supermarket, yang semakin menunjukkan bahwa teks telah disajikan secara beragam dan dinamis dalam bentuk suara, visual, spasial, maupun gestur. Di sisi lain, globalisasi dan keberagaman lokal secara seimbang dan progresif juga telah menstransfer makna jauh dari hanya aspek bahasa. Sejalan dengan kenyataan tersebut, pembelajaran literasi harus ditingkatkan menjadi pembelajaran yang bersifat interdisipliner sehingga batas – batas literasi dengan seni, drama, dan musik menjadi tidak jelas didefinisikan. Ketiga, desain membahasa telah melahirkan variasi bentuk makna dalam hubungannya dengan variasi fungsi makna. Tata bahasa telah digunakan dalam bentuk yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Tata bahasa sendiri tidak dapat hanya ditafsirkan sebagai aturan bahasa tulis melainkan lebih luas sebagai aturan penggunaan bahasa dalam lingkup yang sangat luas dengan melibatkan media penyampai makna yang sangat bervariasi. Dengan demikian, hampir tidak ada tata bahasa yang dapat ditafsirkan secara jelas kebenaran dan kesalahannya. Penafsiran makna tata bahasa yang luas ini sangat bergantung pada usia, gender, wilayah, latar belakang etnis, kelas sosial, pekerjaan, dan lain sebagainya. Inilah tiga argumentasi penggagas munculnya istilah multiliterasi.
                   Baguley, Pullen, dan Short ( 2010 ) memandang multiliterasi sebagai cara untuk memahami secara luas kurikulum literasi yang dipelajari di sekolah formal yang mendorong siswa agar mampu berpartisipasi secara produktif di dalam komunitas masyarakat. Secara konseptual multiliterasi merupakan sebuah ancangan yang dapat digunakan untuk memahami beragam jenis teks dan beragam bentuk media yang dihasilkan sebagai teknologi baru melalui konsep paedagogik yang memberikan guru peluang untuk menyajikan informasi kepada siswa dengan menggunakan beragam bentuk teks dan media. The New London Group ( 2005 ) menyatakan bahwa paedagogik multiliterasi dibangun oleh empat komponen atau proses pengetahuan yakni situasi praktis, pembelajaran yang jelas, bingkai kritis dan transformasi praktis. Jika ditinjau dalam sebuah pembelajaran, pembelajaran multiliterasi dilaksanakan berdasarkan kondisi awal siswa, bukan berdasarkan apa yang harus dicapai oleh siswa. guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda, pengetahuan awal yang beragam, kelebihan dan minat yang beraneka, dan cara mendapatkan pengetahuan yang bervariasi. Berdasarkan pemahaman atas beberapa hal tersebut, guru harus menciptakan peluang bagi seluruh siswa untuk belajar, mendapatkan target belajar yang tinggi secara mandiri, dan bekerja secara cerdas untuk memecahkan tantangan, bekerja keras baik secara mandiri maupun berkelompok, mencapai prestasi melampaui apa yang siswa bisa, dan percaya bahwa belajar memerlukan tantangan, risiko, dan hambatan tersendiri ( Tomlinson, 2000 : 2 ).
                   Pembelajaran multiliterasi merupakan pembelajaran yang memang dikembangkan dengan berbasis ilmiah. Oleh sebab itu, salah satu komponen dalam pembelajaran multiliterasi adalah siklus belajar atau siklus pembentukan makna. Siklus ini merupakan perpaduan bagi keterlaksanaan pembelajaran multiliterasi di dalam kelas. Dengan kata lain, siklus inilah yang menggambarkan tahapan – tahapan pembelajaran multiliterasi secara umum yang dijiwai oleh pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. siklus pembelajaran multiliterasi tersebut secara umum diperinci sebagai berikut.
1.      Melibatkan
Pada tahap ini guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran melalui pembangkitan skemata atau pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. kegiatan selanjutnya adalah siswa diajak untuk menghubungkan topik yang akan dibahas dengan diri siswa dengan tujuan agar siswa merasa mempelajari topik tersebut penting bagi dirinya. Kegiatan ketiga yang dilakukan pada tahap ini adalah siswa dibawah bimbingan guru membuat berbagai pertanyaan yang bersifat esensial yang akan dicari jawabannya melalui berbagai kerja inkuiri kritis pada tahap selanjutnya. Guna mempersiapkan siswa mengikuti langkah – langkah selanjutnya guru juga harus memaparkan aktivitas belajar yang akan siswa lakukan sekaligus memaparkan capaian aktivitas apa yang harus siswa hasilkan pada setiap tahapan aktivitas beajar tersebut.
2.      Merespon
Pada tahapan ini siswa secara individu merespon seluruh tantangan belajar yang diberikan guru. Siswa secara aktif mulai melakukan berbagai penyelidikan, observasi, ataupun kegiatan penelitian sederhana yang berhubungan dengan pertanyaan yang telah dibuatnya pada tahap pertama. Dalam tahapan ini, siswa bisa saja menggunakan perpustakaan, lingkungan sekolah, atau media pembelajaran yang telah disediakan guru dalam rangka membuat jawaban sementara terhadap pertanyaan yang dibuatnya.
3.      Elaborasi
Pada tahap ini siswa mengelaborasikan berbagai temuan individu dengan teman dalam kelompoknya. Bertemali dengan kegiatan elaborasi ini, pembelajaran multiliterasi bisa dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Proses elaborasi harus sampai menghasilkan ide – ide bersama yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Hasil kegiatan elaborasi ini dituangkan dalam laporan kelompok yang juga harus dimiliki oleh seluruh anggota kelompok.
4.      Meninjau Ulang
Pada tahap ini, draf ;aporan kelompok ditinjau ulang kebenarannya. Proses peninjauan ulang dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap data  individu, pengecekan keabsahan sumber, dan pengecekan keakuratan hasil. Jika seluruh isi telah diyakini ketepatannya, selanjutnya kelompok menunjuk perwakilan untuk memaparkan hasil kerja dan siswa lain dipersiapkan sebagai pencatat hasil diskusi kelas, perevisi hasil atas masukan kelas, dan juga tim yang bertugas mempertahankan atau mempertanggung jawabkan isi laporan.
5.      Mempresentasikan
Pada tahap ini perwakilan kelompok memaparkan hasil kerjanya di depan kelas. pemaparan ini dilanjutkan diskusi kelas dan diakhiri dengan kegiatan peninjauan, penguatan dan pengembangan materi dari guru.

                   Dari pemaoaran mengenai langkah – langkah pembelajaran multiliterasi di atas, dapat diuraikan tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan setiap individu secara menyeluruh dengan memaksimalkan segala situasi maupun media yang ada. Pembelajaran multiliterasi ini sejatinya memiliki keutamaan dalam hal mewujudkan individu yang multiliterasi / multitasking. Sehingga individu tersebut pada akhirnya akan dapat bersaing di kancah internasional dan tentunya dapat mempertahankan eksistensinya dalam masyarakat. Karena dalam segala tuntutan jaman dan tantangan pendidikan saat ini sangat diperlukan pembelajaran yang tidak hanya bertujuan untuk mencapai suatu kompetensi saja, tetapi lebih memfokuskan pada pengembangan kemampuan setiap individunya. Hal ini tentunya sejalan dengan pandangan teori belajar humanistik yang berpandangan bahwa setiap individu adalah istimewa dan memiliki karakteristik masing – masing begitu pula dengan kekurangan dan kelebihan masing – masing. Setiap individu tidak dapat disamaratakan kemampuannya. Dengan memandang bahwa setiap individu itu istimewa dan memiliki kemampuan masing – masing yang berbeda satu sama lain. Maka sudah pasti, hal ini dapat membangun rasa percaya diri individu terhadap kemampuannya.
                   Rasa percaya diri yang dimiliki oleh setiap individu ini dapat berdampak pada proses belajar yang akan berjalan lancar dan secara menyeluruh dapat memenuhi tuntutan jaman dan tantangan pendidikan yang saat ini semakin kompleks. Tantangan pendidikan saat ini lebih berfokus pada pendidikan di luar negeri yang dinilai cukup unggul dibanding dengan pendidikan di Indonesia. hal ini tentu saja dapat mempengaruhi suatu negara untuk menghasilkan generasi muda yang dapat bersaing di kancah internasional. Sedangkan untuk tuntutan jaman sendiri, tak lain berhubungan pula dengan pendidikan. dalam tuntutan jaman saat ini, karena banyaknya banyaknya pendidikan yang lebih unggul di luar negeri, maka di luar negeri pun akan lebih cepat dalam menemukan suatu teknologi terbaru dan segala hal penemuan terbaru yang sifatnya adalah untuk kemajuan negara. Hal ini tentunya dapat menjadikan Indonesia menjadi tertinggal dari negara – negara lainnya. ketertinggalan ini jika ditersukan pastinya akan berdampak pada mudahnya negara – negara asing yang menduduki Indonesia. Maka dari itu, pembelajaran multiliterasi ini dirasa sangat penting untuk diterapkan dalam memenuhi segala tuntutan jaman dan tantangan pendidikan.

SIMPULAN DAN SARAN
              Pembelajaran multiliterasi merupakan pembelajaran yang memfokuskan pada pemaksimalan setiap aspek belajar. pembelajaran multiliterasi dilaksanakan berdasarkan kondisi awal siswa, bukan berdasarkan apa yang harus dicapai oleh siswa. guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda, pengetahuan awal yang beragam, kelebihan dan minat yang beraneka, dan cara mendapatkan pengetahuan yang bervariasi. Berdasarkan pemahaman atas beberapa hal tersebut, guru harus menciptakan peluang bagi seluruh siswa untuk belajar, mendapatkan target belajar yang tinggi secara mandiri, dan bekerja secara cerdas untuk memecahkan tantangan, bekerja keras baik secara mandiri maupun berkelompok, mencapai prestasi melampaui apa yang siswa bisa, dan percaya bahwa belajar memerlukan tantangan, risiko, dan hambatan tersendiri. Tujuan dari pembelajaran multiliterasi ini adalah untuk untuk mengembangkan kemampuan setiap individu secara menyeluruh dengan memaksimalkan segala situasi maupun media yang ada. Pembelajaran multiliterasi ini sejatinya memiliki keutamaan dalam hal mewujudkan individu yang multiliterasi / multitasking.
              Secara umum, penerapan pembelajaran multiliterasi ini dirasa dapat memenuhi tuntutan jamna dan tantangan pendidikan yang saat ini semakin kompleks. Tuntutan pendidikan dan tantangan jaman tersebut difokuskan atau dilihat dari sudut pandang negara asing yang dinilai lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia. penerapan pembelajaran multiliterasai ini sebagai media untuk menciptakan generasi muda yang tentunya dapat mempertahankan eksistensinya dalam masyarakat dan dapat bersaing di kancah internasional untuk mempertahankan eksistensi Negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Mahdi, Adnan & Mujahidin. 2014. Panduan Penelitian Praktis untuk Menyusun : Skripsi, Tesis, & Disertasi. Bandung : Alfabeta
Thorboni. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media
Wiyani, Novan Ardy, M.Pd.I. 2014. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Muhibbudin. Artikel Konseptual : Sistem Manajemen Informasi Bidang Hubungan Masyarakat untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Muhammadiyah Tersono Batang. Pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar