Murwakala
Alkisah
pada suatu sore, Bathara Guru sedang berkeliling di sekitar daerah kekuasaannya
dengan menaiki Lembu Andhini. Setelah sampai di atas atau di tengah – tengah
samodra Jamuna, Bathara Guru terbayang wajah permaisurinya, Bathara Uma. Karena
bayangannya tersebut, menyebabkan Bathara Guru tidak bisa menahan nafsu
birahinya, yang membuat spermanya atau kamanya keluar jatuh di samodra. Lalu
kama tadi diterjang ombak sampai ketepian, dan menjadi raseksa kecil yang
disebut dengan Kama Salah.
Kama
Salah naik kedaratan dengan tujuan untuk mencari jati dirinya. Kama Salah ingin
mengetahui siapa sebenarnya ayahnya. Setelah melalui pencarian yang panjang,
akhirnya Kama Salah bertemu dengan Bathara Narada. Menurut Bathara Narada, Kama
Salah merupakan anak dari Bathara Guru.
Di
dalam pisowanan agung, Kama Salah pada awalnya tidak dianggap anak oleh Bathara
Guru. Namun karena Kama Salah marah dan membuat keributan di pisowanan agung,
akhirnya Bathara Guru mengakui bahwa Kama Salah juga merupakan anaknya.
Kemudian diadakan Wisodan Kama Salah ( Wisuda diakuinya Kama Salah sebagai
putra Bathara Guru ) dengan diberi nama Bathara Kala. Namun belum puas akan
itu, Bathara Kala meminta apa yang menjadi makanannya. Lalu Bathara Guru
mengatakan bahwa makanan dari Bathara Guru adalah anak – anak sukerta.
Meski
telah diperbolehkan untuk memakan makanannya, namun dalam memangsa putra –
putri sukerta tersebut. Bhatara Kala tidak boleh memakannya dengan hidup –
hidup. Ia harus terlebih dahulu membunuhnya lebih dulu dengan pusaka yang
diberikan Bathara Guru yaitu pusaka “Bedhama”. Bathara Kala menyetujuinya dan
kemudian pamit turun ke marcapada untuk mencari putra – puri sukerta.
Di
pisowanan agung, Bathara Narada protes kepada Bathara Guru. Ia mengkhawatirkan
jika nantinya Bathara Kala akan memakan semua anak – anak sukerta yang ada di
macapada. Oleh karena itu, Bathara Guru kemudian mengutus Bathara Narada untuk
menemui Bathara Wisnu dengan menyandang sebagai Dhalang Kandho Bawono untuk
meminta bantuan.
Di
Macapada, hiduplah seorang janda yang bernama Mpok Randha Sumawit bersama anak
satu – satunya yaitu Jatus Mati. Jatus mati merupakan anak sukerta dalam
golongan ontang – anting, yaitu anak satu – satunya. Karena merasa khawatir,
jika nanti anaknya akan dimakan oleh Bathara Kala, Mbok Randha Sumawit meminta
bantuan pada Dhalang Kandho Bawono.
Jatus
Mati pergi untuk lari dari kejaran Bathara Kala. Jatus Mati kemudian mandi di
Tlogo Madirdo. Karena Bathara Kala tertidur saat menunggu Jatus Mati mandi di
Tlogo Madirdo, pulanglah Jatus Mati dengan selamat. Akan tetapi saat terbangun,
Bathara Kala kembali mengejar Jatus Mati kembali.
Di
ceritakan bahwa Mbok Randha Sumawit sudah sepakat dengan Dhalang Kondho Bawono
bahwa akan mengadakan upacara ruwatan yang bertujuan untuk membantu Jatus Mati
dari kejaran Bathara Kala.
Sampai
pada hari ruwatan, Dhalang Kondho Bawono kemudian menggelar wayang kulit dengan
lakon “Marwa Kala”
Di
tengah pagelaran wayang, datanglah Bathara Kala untuk memakan Jatus Mati. Namun
Dhalang Kondo Buwono melarang Bathara Kala mengganggu jalannya pagelaran
wayang. Kemudian terdapat perjanjian bahwa jika ingin melihat pagelaran wayang,
Bathara Kala harus menitipkan pusaka Bedomo kepada Dhalang Kondho Buwono.
Setelah itu dimantrainyalah pusaka tersebut oleh Dhalang Kondho Buwono. Karena
mantra tersebutlah, Bathara Kala berjanji untuk tidak memakan anak – anak
sukerta yang sudah diruwat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar