Judul :
Hujan Bulan Juni
Pengarang :
Sapardi Djoko Damono
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Juni 2013
ISBN :
978-979-22-9706-5
Buku kumpulan puisi
berjudul “Hujan Bulan Juni” karangan Sapardi Djoko Damono ini merupakan puisi –
puisi sejak tahun 1959 sampai pada tahun 1994. Buku kumpulan puisi ini terdiri
dari 120 halaman dengan 102 puisi dengan berbaagai macam pesan di dalamnya.
Biasanya dalam puisi Sapardi Djoko
Damono yang ada dalam kumpulan puisinya berjudul Hujan Bulan Juni ini, cenderung
didominasi oleh puisi yang sering menyebutkan tentang hujan, jenazah, malam,
pemakaman dan waktu. Dan yang paling mendominasi adalah puisi yang menyebutkan
kata hujan. Dalam buku kumpulan puisi Sapardi ini. Hujan dapat memiliki
beberapa peran. Bukan hujan yang berperan sebagai tetesan air dari langit yang
jatuh ke permukaan bumi. Namun hujan yang dapat berperan seperti suatu keadaan
di kehidupan manusia yang kelam atau malah suatu keadaan di kehidupan manusia
yang indah.
Dalam karyanya kebanyakan didominasi oleh keadaan
yang kelam atau tentang kesedihan daripada kegembiraan. Itu dapat dilihat dari
pemilihan kata – kata yang dipakai oleh Sapardi. Misalnya pada kata hujan ada
pada 23 puisi Sapardi, dan kata malam ada pada 15 puisi Sapardi, maka tercatat
hanya terdapat 10 puisi Sapardi yang terdapat kata cahaya didalamnya, dan 9
puisi Sapardi yang terdapat kata matahari didalamnya. Meski demikian, setiap
katanya belum tentu hujan dan malam bercirikan kesedihan ataupun cahaya dan
matahari dapat bercirikan kegembiraan. Sebab, pada puisinya yang berjudul
“Hujan Bulan Juni” bisa dimaknai dengan suatu keadaan yang membahagiakan atau
meneduhkan. Namun dapat pula menjadi suatu keadaan yang kelam tentang sebuah
penantian atau kemustahilan. pada puisi berjudul “Hujan Bulan Juni,” puisi yang
juga dijadikan sebagai judul buku kumpulan puisi ini memaknai bahwa hujan
menjadi suatu keadaan yang meneduhkan. Karena jika dicermati, pada bulan Juni,
keadaan geografis di Indonesia adalah musim kemarau. Jadi sangat jarang adanya
hujan di bulan juni. Jika adanya hujan di cuaca yang panas, maka secara logika,
itu menjadi suatu kebahagiaan. Namun selain suatu keadaan yang meneduhkan atau
membahagiakan. Bisa diartikan pula bahwa pada puisi ini menggambarkan suatu
keadaan tentang penantian, yang mendambakan hujan pada musim kemarau. Atau
dapat pula dimaknai tentang kemustahilan tentang suatu hal, karena di bulan
Juni tidak mungkin bisa turun hujan. Akan tetapi, jika dilihat kembali, dalam
puisi tersebut menyebutkan bahwa hujan memiliki sifat tabah, bijak dan arif.
Sehingga dapat dipastikan, jika hujan menjadi sebuah objek. Ia bukan termasuk
keadaan yang kelam. Karena hujan memiliki sifat yang tabah, bijak dan
arif.
Dalam
pemilihan kata – kata untuk setiap puisinya cenderung bercirikan tentang kesederhanaan.
Seperti pada puisinya yang berjudul “Kuhentikan Hujan.” Dalam puisi tersebut
menyebutkan tiga unsur utama, yaitu hujan, matahari, dan tanah. Setiap unsurnya
merupakan kata dasar yang sangat sederhana. Bisa dikatakan bahwa kata – kata
tersebut sering digunakan dalam berkomunikasi di kehidupan sehari – hari. Puisi
“Kuhentika Hujan” memiliki makna bahwa hujan
di dalam puisinya tidak diartikan menjadi makna sebenarnya, yaitu air yang
menetes dari langit. Namun hujan disini dapat berperan sebagai suatu keadaan
kelam sedang matahari berperan menjadi keadaan yang bahagia. Dan tanah dapat
berperan menjadi media dari keadaan tersebut.Puisi Sapardi ini dengan kata lain
dapat dimaknai bahwa penolakan atau pertarungan terhadap kesedihan.
Selain itu, ciri dari puisi Sapardi
Djoko Damono adalah dalam semua puisinya tidak menyinggung tentang masalah
sosial politik ataupun perjuangan yang pada saat itu sedang semaraknya di
bicarakan oleh para penyair – penyair lain. Dalam kumpulan puisi ini lebih
menekankan pada cerita – cerita yang mempribadi. Dan malah cenderung subjektif
dan memiliki makna yang dalam. Seperti pada puisi yang berjudul “yang Fana
Adalah Waktu.” Dalam puisi tersebut, Sapardi mengungkapkan tentang
ketidakabadian. Itu dapat tergambar pada bait pertama yang menyebutkan bahwa yang fana adalah waktu. Kita abadi . ia
menegaskan bahwa waktu akan berlalu dengan cepatnya, tanpa kita tahu. Dan
manusia dalam kehidupannya akan selalu bersama dengan waktu. Yang tanpa
disadari lama – lama waktu itu akan pergi, dan kita yang akan tetap sendiri
dalam abadi. Dalam kalimat selanjutnya berbunyi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu
hari kita lupa untuk apa. Dalam kalimat tersebut mengungkapkan bahwa pada
hakekatnya manusia adalah mahluk yang akan datang dan pergi. Jika ada pertemuan
atau kebahagiaan, yaitu pada kalimat merangkainya seperti bunga. Maka juga akan
adanya perpisahan, yaitu pada kalimat sampai pada suatu hari kita lupa. Atau
dapat dikatakan pula setiap ada kelahiran, pasti ada kematian. Dan ketika
bahagia itu ada di sekeliling manusia, maka pada suatu hari masa itu akan
berganti menjadi sedih. Itulah yang terus berputar dalam kehidupan manusia. Setiap
bagian yang ada di dunia ini, pasti pada akhirnya akan hilang. Karena sejatinya
tidak ada yang namanya keabadian.
Selain bercirikan kesederhanaan dan
mempribadi. Dalam puisi Sapardi ini juga dapat dikatakan bercirikan religius.
Meskipun tidak semua puisinya mengandung unsur religius. Namun ada beberapa
puisi yang menggambarkannya, yaitu antara lain pada puisi yang berjudul
”Tentang Seorang Penjaga Kubur Yang Mati”, ”Saat Sebelum Berangkat”, ”Berjalan
Di Belakang Jenazah”, ”Sehabis Mengantar Jenazah” dan ”Ziarah.” Ke semua judul
tersebut, jika dilihat dari judulnya menggambarkan tentang kematian. Secara
eksplisit memiliki pesan untuk mengingatkan kita pada kematian yang tidak
pernah kita ketahui tentang kedatangannya. Sebagai contohnya pada puisi
berjudul “ Saat Sebelum Berangkat.” Dalam puisi tersebut jenazah menjadi kata
kunci yang sangat menusuk pembaca, makna religius yang ada pada puisi ini,
dengan diwakili oleh kata jenazah sudah sangat dapat atau kena sasaran.
Maksudnya, pembaca dibawa ke suasana ketika berada dibalik kematian, dengan
realita diluarnya tentang apa yang dirasakan oleh suatu kehidupan yang juga
diantonimikan dengan apa yang dirasakan oleh kematian.
Bukan hanya tentang religius yang
digambarkan dalam puisinya. Sapardi juga membuat puisi yang dapat menggambarkan
tentang kisah cinta. Atau puisi yang bertema tentang romantika. Itu tergambar
dalam puisinya yang berjudul “Aku Ingin.” Dalam puisi tersebut Sapardi
menggambarkan tentang ungkapan seorang yang sedang jatuh cinta. Bahwa ingin
mencintai dengan ikhlas, tanpa memerlukan balasan atau tanpa harus terlihat.
Itu dapat terlihat dalam setiap katanya yaitu sebagai berikut.
Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana
dengan kata yang tak sempat
diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya
abu
aku ingin mencintaimu dengan
sederhana
dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Dalam setiap kalimatnya
mengisyaratkan tentang ketulusan. Misal pada kalimat aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dalam kalimat tersebut dapat dimaknai dengan mencintai tanpa berlebih –
lebihan, tanpa harus diumbar – umbar dan tanpa harus menuntut kesempurnaan.
Namun juga bukan mencintai dengan rendah atau tanpa perhatian. Mencintai di
dalam puisi ini berarti mencintai dengan taraf yang pas, dengan apa adanya
tanpa di buat – buat. Lalu pada kalimat dengan
kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu, menggambarkan
bahwa cinta tidak mengharuskan untuk berwujud nyata. Namun cinta dapat hidup
meski tiada balasan. dan pada kalimat
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya
tiada, menggambarkan tentang ketulusan cinta itu sendiri, tentang
pengorbanan awan kepada hujan yang menyebabkannya menjadi tiada.
Sebagian
besar puisi karya Sapardi berbentuk seperti prosa, tanpa memedulikan aturan –
aturan yang ada dalam menulis sebuah puisi. Bentuk puisi seperti prosa itu
dapat dilihat antara lain dalam karyanya yang berjudul “Catatan
Masa Kecil, 1”, “New York, 1971”,
“Pada Suatu Pagi Hari”, “Pada Suatu Malam”, dan “Ziarah.” Meskipun tampak seperti suatu
prosa. Namun kenyataannya dalam setiap karyanya selalu menunjukkan ciri yang sama.
Yaitu tentang pemilihan kata sederhana dan makna yang dalam.
Bet on sports toto - Sporting 100
BalasHapusWith the new Betway mobile app you can place sports sporting100 bets 의왕 출장샵 at a fraction of the cost of to bet on a number of 당진 출장안마 football or tennis 경기도 출장샵 games for you. 광주광역 출장안마